Palembang, (ANTARA Sumsel) - Air Sungai Musi, Palembang, hingga kini
menjadi satu-satunya sumber air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirta Musi yang kualitasnya menurun setiap tahun seiring dengan
tingginya aktivitas masyarakat.
Jika tidak diantisipasi dari sekarang maka krisis air menjadi
sesuatu keniscayaan bagi kota yang dialiri 49 anak Sungai Musi ini.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palembang M Sapri
Nungcik di Palembang, Selasa (22/6), dalam acara sosialiasi Perwali
Nomor 8 tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum, mengatakan
pemkot sudah merencanakan pembangunan waduk untuk mengantisipasi krisis
air bersih dikemudian hari.
Pembangunan waduk seluas 100 hektare ini sudah memasuki tahapan
penyusunan desain (DED) untuk mengejar target selesai 2018.
"Pembangunan waduk ini menjadi target pemkot mengingat menjadi
kebutuhan mendesak untuk menjaga ketersediaan air baku PDAM Tirta Musi
serta penampung air di saat musim hujan (mencegah banjir)," kata dia.
Hanya saja, proses persiapan proyek ini tidak bisa berlangsung
cepat karena membutuhkan lahan yang luas dan dana hingga triliunan
rupiah, termasuk proses pembebasan lahan yang tidak mudah.
"Artinya, proyek ini tidak sebatas menunggu langkah dari pemerintah
tapi juga membutuhkan dukungan dari masyarakat, terutama untuk
penyediaan lahan," kata dia.
Ia mengemukakan pemkot merencanakan waduk ini karena terjadi
pertumbuhan penduduk serta pembangunan yang cukup pesat dalam beberapa
tahun terakhir.
"Rencana pembuatan waduk ini tak lain untuk keberlangsungan
penyediaan air baku yang berkualitas (tidak bisa lagi hanya mengandalkan
Sungai Musi, red) dan pembangunan yang berkelanjutan di Kota
Palembang," kata dia.
Hanya saja, untuk merealisasikan rencana ini, berbagai pihak harus
memahami isu strategisnya, yakni pendanaan, peningkatan peran badan
usaha, inovasi, serta teknologi.
Mengenai pendanaan, menurut Safri, pemkot akan membuka pintu bagi
investor, pengalokasian dana pemerintah daerah, pinjaman bank, bantuan
kalangan swasta dalam penyaluran dana tanggung jawab sosial perusahaan
hingga peran serta masyarakat.
"Saat ini pemkot sedang menjajaki kemungkinan penjualan obligasi
daerah dalam upaya penghimpunan dana dari masyarakat," kata dia.
Selain itu, untuk menggiring proyek ini terealisasi, Pemkot
Palembang telah menuangkan rencana pembangunan waduk ini dalam kebijakan
dan strategi pengembangan sistem penyediaan air minum (jakstrada).
Dalam jakstrada yang sudah diperkuat dalam Perwali Nomor 8 tahun
2015 ini dinyatakan bahwa seluruh masyarakat harus mengakses air minum
pada 2023 melalui metode Sistem Penyediaan Air Minum PDAM Tirta Musi.
Dukungan penuh juga telah didapatkan dari pemerintah provinsi
karena persoalan bakal kekurangan air baku ini acap kali dilontarkan
Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin.
Beberapa waktu lalu, Alex mengatakan Kota Palembang hampir pasti
bakal kekurangan air baku pada masa mendatang jika masuknya air laut ke
Sungai Musi ini tidak bisa dihentikan.
"Saya sudah mengatakan soal air laut masuk Sungai Musi ini pada
empat tahun lalu, ketika itu air laut sudah sampai Benteng Kuto Besak.
Jika ini tidak bisa dihentikan sehingga air Sungai Musi tidak layak
lagi, maka dimana lagi PDAM mau mengambil air," kata Alex.
"Saat ini `intake` (tempat pengambilan air oleh PDAM, red) sudah
mundur-mundur terus, ini bakal jadi masalah besar di masa datang jika
tidak diupayakan dari sekarang," kata dia.
Untuk itu, Alex akan berkoordinasi dengan pemerintahan di
kabupaten/kota untuk memperbaiki alur Sungai Musi yang melintasi tujuh
kabupaten dari hulu di Kepayang, Bengkulu hingga hilir di Palembang.
"Kawasan alur sungai ini juga harus diperbaki karena bukan
persoalan sendimen di hilir saja yang patut jadi perhatian. Sangat
penting juga memperhatikan hutan dan tanaman mangrovenya," kata dia.
Selain berkoordinasi dengan pemkab terkait, Alex juga mendorong
realisasi waduk yang direncanakan Pemkot Palembang dalam upaya membuat
tempat penyimpanan cadangan air baku PDAM.
"Pemkot Palembang sudah merencanakan pembangunan waduk, ini juga
yang didorong, jika perlu jangan satu tapi dua hingga tiga waduk," kata
dia.
Alternatif lain
Tak terhenti pada rencana pembuatan waduk itu, pemkot juga
merencanakan penambahan instalasi pengolahan air (IPA) sebagai upaya
jangka pendek untuk menjaga keberlangsungan penyediaan air bagi
masyarakat.
PDAM Tirta Musi membutuhkan tambahan instalasi pengolahan air dan
perbaikan infrastruktur untuk menyusul pertumbuhan jumlah pelanggan yang
mencapai 11 persen per tahun.
Direktur Teknik PDAM Tirta Musi Stephanus pada kesempatan yang sama
mengatakan kapasitas air yang bisa diolah dan ditampung di beberapa
instalasi pengolahan air saat ini hanya mampu menyuplai 10 juta meter
kubik air baku atau hanya untuk 250 ribu pelanggan (data per Mei 2015).
"Saat ini kapasitas produksi Tirta Musi sebanyak 3.738 liter per
detik dengan kapasitas terpasang 3.870 liter per detik. Jika tidak
diantisipasi dari sekarang maka tidak semua pelanggan dapat terlayani di
masa datang, sementara pada 2019 ditargetkan seluruh masyarakat
terlayani air bersih (saat ini sudah 80 persen penduduk)," kata dia.
Untuk itu, PDAM telah merencanakan suatu investasi jangka panjang
untuk menjamin ketersediaan air bersih bagi warga kota Palembang hingga
puluhan tahun mendatang.
Berdasarkan analisis mendalam, PDAM Tirta Musi membutuhkan suntikan
modal berupa investasi hingga Rp1,1 triliun untuk pengembangan bisnis
layanan serta pembangunan infrastruktur berupa instalasi pengelolaan air
baru.
Adapun komposisi investasi tersebut direncanakan dari PDAM sebesar
45 persen, APBN 14 persen, dan Ditjen Cipta Karya Kementerian PU
sebanyak 12 persen.
Kemudian fasilitas pembiayaan dari perbankan senilai Rp222,12
miliar dan alokasi dari APBD Kota Palembang sebanyak Rp196,5 miliar.
PDAM sendiri akan mengalokasikan kocek sekitar Rp449 miliar untuk
investasi tersebut dan sementara ini sudah menggelontorkan dana hingga
Rp100 miliar untuk investasi selama lima tahun terakhir.
"Ini suatu proyek besar dan membutuhkan dukungan dari berbagai
pihak, mulai dari pemerintah di tingkat pusat hingga daerah, dan
kalangan swasta. Harapannya, beragam unsur ini dapat bersatu padu untuk
memuluskan rencana ini," kata dia.
Bantuan Australia
Di tengah cita-cita memiliki waduk ini, Pemkot Palembang
mendapatkan bantuan hibah dari pemerintah Australia melalui lembaga
AusAID untuk pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) skala
perkotaan senilai Rp1,2 triliun pada 2016.
Proyek ini akan bersinergi dengan upaya penyediaan air baku bagi
PDAM karena air yang dihasilkan IPAL skala perkotaan ini akan
digunakan/dijual ke PDAM.
Plt Wali Kota Palembang Harnojoyo mengatakan bantuan dari
pemerintah Australia ini juga pernah diterima Kota Palembang yang
disalurkan ke PDAM Tirta Musi untuk pemasangan sambungan berlangganan
bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan bantuan hibah pembangunan ipal
skala kawasan (sedang berjalan).
"Program sanitasi ini dijalankan Australia untuk mendukung komitmen
Indonesia dalam pembangunan milenium (millenium development goals) yang
menyepakati 68,87 persen penduduk Indonesia mengakses air minum yang
layak dan 62,42 persen penduduk Indonesia mendapatkan akses sanitasi
yang layak pada tahun 2015," kata Harnojoyo.
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota
Palembang M Sapri Nungcik mengatakan anggaran hibah bakal dicairkan pada
2016 melalui pemerintahan di tingkat pusat.
"Hibah Rp1,2 trilun ini untuk pembangunan IPAL perkotaan yang
merupakan kelanjutan dari program IPAL komunal (kawasan) yang juga
dirancang program hibah Australia. Untuk IPAL komunal ada 21 ribu titik
sambungan," jelas Sapri.
Dengan jumlah alokasi dana yang relatif besar itu, membuat penyerapan dirancang secara bertahap selama tiga tahun.
"Untuk dana hibah dari Australia ini bukan saja Palembang namun ada
juga dari daerah lain seperti Makassar, Cimahi dan Jambi dengan nilai
bantuan bervariasi, sementara untuk Palembang menjadi yang terbesar,"
kata dia.
Lebih lanjut jelas Sapri, saat ini sanitasi di Kota Palembang masih
belum memadai sehingga harus dilakukan perbaikan untuk skala pemukiman
(kawasan) hingga perkotaan.
"Seperti dapat dilihat di sepanjang aliran sungai musi, sanitasi
warganya jauh dari yang diharapkan. Masih ada yang buang air besar
sembarangan atau jika ada WC namun tidak bagus dan juga belum ada septic
tanknya, sehingga ujung-ujungnya akan masuk Sungai Musi," kata dia.
Kenyataan ini mengugah pemerintah Australia untuk menyalurkan dana
hibah sanitasinya ke warga Kota Palembang dalam program pembangunan
IPAL, baik secara kawasan maupun perkotaan.
"Perencanaan sudah disusun sedemikian matang, bahkan dibantu oleh
Australia. Pemerintah sangat mengharapkan peran berbagai pihak dari
masyarakat untuk penyediaan lahan, hingga kalangan swasta untuk
pembiyaan, agar beragam proyek seperti waduk, dan instalasi pengolahan
segera terealisasi," kata dia.
Masyarakat dunia saat ini dihadapkan pada berbagai persoalan serius
akibat kerusakan lingkungan hidup akibat tingkah pola manusia, seperti
krisis air dan pencemaran tanah.
Kini, persoalan lingkungan pada suatu negara sejatinya juga menjadi persoalan di negara lain.
Upaya Palembang antisipasi krisis air bersih
....Saya sudah mengatakan soal air laut masuk Sungai Musi ini pada empat tahun lalu, ketika itu air laut sudah sampai Benteng Kuto Besak. Jika ini tidak bisa dihentikan sehingga air Sungai Musi tidak layak lagi, maka dimana lagi PDAM mau mengambil ai