BKKBN Sumsel dirikan PIK remaja

id bkkbn, bkkbn sumsel

BKKBN Sumsel dirikan PIK remaja

Kepala Perwakilan BKKBN Sumsel Aan Jumhana Mulyana (Foto Antarasumsel.com/Dolly Rosana/15)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Sumatera Selatan gencar mendirikan Pusat Informasi Konseling (PIK) Remaja di sejumlah pondok pesantren dan perguruan tinggi guna dijadikan sarana promosi kesehatan reproduksi dan pencegahan pernikahan dini.

Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) Aan Jumhana Mulyana di Palembang, Kamis, mengatakan, keberadaan PIK ini dipan dang sangat efektif untuk sarana promosi karena menerapkan konsep bimbingan konseling oleh teman sebaya.

"Remaja diyakini akan lebih terbuka berbicara dengan teman sebaya dibandingkan dengan orangtua. Sehingga keberadaan PIK ini dipandang sangat efektif untuk mengajak remaja mengerti mengenai pentingnya menunda pernikahan dan menjaga alat reproduksi," kata dia.

Ia mengatakan, kelompok remaja ini menjadi fokus perhatian BKKBN karena dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan angka pernikahan usia muda (15-20 tahun).

Tak hanya ini, berdasarkan hasil survei beberapa waktu lalu diketahui bahwa 56 persen remaja berusia 15-17 tahun sudah mengalami sex bebas sehingga kaum remaja ini perlu mendapatkan perhatian untuk masa datang.

Untuk itu, BKKBN sudah siap dengan konsep "Generasi Berencana" bagi para remaja yakni memberikan pengertian kepada mereka mengenai pentingnya merencanakan suatu keluarga agar menghasilkan anak dan keturunan lebih berkualitas.

"Para remaja harus diingatkan untuk menunda pernikahan karena lebih baik mengejar cita-cita terlebih dahulu. Nanti, jika sudah matang alat reproduksinya dan matang secara psikologi barulah boleh menikah yakni untuk perempuan 20 tahun dan laki-laki 25 tahun," kata dia.

Khusus untuk wilayah Sumsel, belum lama ini BKKBN memdirikan PIK di Pondok Pesantren Sabilul Hasanah di Kabupaten Banyuasin.

Menurut Aan, pendekatan harus dilakukan ke santri karena nantinya mereka juga bakal menjadi orangtua seperti remaja pada umumnya.

"Pendekatannya tentu agak berbeda dibadingkan sekolah umum, karena seperti diketahui bahwa bicara seks di pondok pesantren itu terbilang tabu. Tapi, ke depan, BKKBN optimistis budaya ini akan terkikis seiring dengan semakin pahamnya kalangan pondok mengenai pentingnya keluarga berencana dan kesehatan reproduksi," kata dia.

Berdasarkan hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terhadap 4.500 pelajar SMP dan SMA di 12 kota besar Indonesia menunjukkan persentase yang cukup mencengangkan.

Sebanyak 97 persen responden mengaku telah mengakses situs berkonten pornografi dan juga menonton video porno melalui internet.

Selain itu, KPAI juga menemukan ada 92,7 persen responden melakukan kissing dan oral sex, 61 persen pelajar SMP melakukan hubungan di luar nikah, dan 21,2 persen siswi SMU melakukan aborsi.

Tingginya angka penyalahgunaan ini salah satunya disebabkan penggunaan internet.