Palembang, (ANTARA Sumsel) - Sriwijaya Football Club terancam bubar
seperti klub liga profesional lainnya setelah manajemen klub menyatakan
kehabisan dana untuk membayar gaji pemain.
Direktur Utama PT Sriwijaya Optimistis Mandiri Dodi Reza yang
dihubungi dari Palembang, Selasa, mengatakan persoalan itu disebabkan
karena sponsor secara sepihak menarik komitmen dan dukungan ke klub.
"Sponsor tiba-tiba menghilang, jadi mau bayar gaji pemain dengan apa," kata Dodi.
Ia mengemukakan, kondisi ini membuat manajemen kesulitan untuk mempertahankan kelangsungan klub.
"Selama ini manajemen sudah mati-matian mempertahankan tim hingga
mengeluarkan uang pribadi untuk membiayai kebutuhan tim, hingga
menggunakan dana talangan. Namun, hingga kini para sponsor masih belum
menunjukkan komitmennya," kata anggota DPR RI ini.
Menurut Dodi, kondisi ini dipengaruhi dibubarkannya kompetisi liga
profesional beberapa waktu lalu sebagai muara dari perseteruan PSSI dan
Kementerian Pemuda dan Olahraga.
"Padahal dari awal, manajemen sama sekali tidak mau membubarkan tim
karena masih percaya bahwa beberapa sponsor `tradisional` akan memenuhi
kewajibannya seperti selama ini," ujar putra sulung Gubernur Sumsel H
Alex Noerdin ini.
Kendati demikian, Dodi masih memberikan tenggat hingga satu pekan
ke depan sebelum memutuskan untuk membubarkan tim. Masa ini akan
dimanfaatkan untuk mendekati para sponsor Sriwijaya FC.
"Apabila persoalannya hanya karena SFC tidak berlaga, kemungkinan
Laskar Wong Kito akan diikutkan pada kompetisi," kata dia.
Sebelumnya, manajemen Sriwijaya FC menyatakan tidak akan
membubarkan tim karena dana pembayaran gaji akan didukung sponsor utama
yakni PT Bukit Asam, Bank Sumsel Babel, PT PDPE, dan Perusahaan Gas
Negara.
Terkait dengan kebutuhan dana yang besar untuk menjaga
keberlangsungan klub, maka manajemen telah mengambil kebijakan
pengurangan gaji yakni hanya memberikan 10 persen untuk beberapa pemain.
Pemain itu, Syakir Sulaiman, Patric Wanggai, Yogi Triana, dan Pelatih Benny Dollo, dan Asisten Pelatih Hendri Susilo.
Sementara, untuk pemain lain diputuskan hanya menerima gaji senilai
25 persen dari kontrak kerja di antaranya, Asri Akbar, Titus Bonai,
Ferdinand Sinaga, Fakruddin, Wildansyah, dan Jeki Arisandi.
"Pemain yang masih menerima gaji senilai 25 persen ini diwajibkan
tetap di mes dan berlatih. Ini dilakukan manajemen klub untuk
meminimalisasi dampak negatif, semisal cedera karena bergabung dengan
liga antarkampung," kata dia.
Sedangkan, untuk pemain asing yakni Morimakan Koita (Mali),
Abdulaye Maiga (Mali), Goran Ljubojevic (Kroasia), dan Raphael Maittimo
(naturalisasi Belanda) diputuskan manajemen untuk dihentikan kontrak
kerjanya dan telah kembali ke negara masing-masing.
Kompetisi profesional sepak bola Indonesia Liga QNB 2015 dihentikan
oleh PT Liga Indonesia (operator kompetisi) pada 3 Mei 2015 setelah
tidak mendapat izin keramaian dari kepolisian terkait dengan kisruh PSSI
dan Kemenpora.
Sriwijaya FC terancam bubar
....Sponsor tiba-tiba menghilang, jadi mau bayar gaji pemain dengan apa....