Jakarta, (ANTARA Sumsel) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore bergerak melemah 10 poin menjadi Rp13.189 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.199 per dolar AS.
"Dolar AS cenderung masih bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang dunia karena ada bantahan mengenai berita draf kesepakatan utang Yunani kepada kreditur," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.
Sebelumnya, beredar kabar bahwa telah terjadi kesepakatan masalah utang Yunani dengan para kreditur, termasuk target surplus serta paket investasi.
Ia menambahkan bahwa pelaku pasar juga sedang fokus pada pertemuan menteri keuangan negara G-7 yang memasuki hari kedua. Diharapkan muncul sentimen positif dari pertemuan itu dalam mendorong perekonomian global.
"Di tengah penantian itu, investor pasar uang cenderung memegang aset mata uang 'safe haven' seperti dolar AS," katanya.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan bahwa sentimen dari dalam negeri, juga belum ada yang mendukung untuk mendorong mata uang rupiah untuk bergerak menguat terhadap dolar AS.
"Ekspektasi kalangan pelaku pasar terhadap perekonomian Indonesia cenderung masih melambat, situasi itu yang masih membebani mata uang rupiah," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, Bank Indonesia diperkirakan masih berada di pasar untuk menjaga fluktuasi mata uang rupiah agar tidak bergerak dalam kisaran lebar yang dapat menambah kekhawatiran investor.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (28/5) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.205 dibandingkan hari sebelumnya (27/5) Rp13.229.
