Industri garmen terancam terpuruk

id industri garmen terpuruk, industri garmen, terpuruk, batik

Industri garmen terancam terpuruk

Ilustrtasi - Baju batik. (Foto Antarasumsel.com/Yudi Abdullah)

...Kenaikan TDL dipastikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha garmen dan pelaku UKM yang proses produksinnya menggunakan tenaga listrik...
Pekalongan (ANTARA Sumsel) - Industri garmen dan usaha kecil menengah (UKM) Jawa Tengah, kini terancam terpuruk menyusul adanya kenaikan tarif dasar listrik yang ditetapkan oleh pemerintah pada Mei 2015, kata Sekretaris Asosiasi Eksportir dan Pengusaha Indonesia Jateng, Moh Ani Sofian.
       
"Kenaikan TDL dipastikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha garmen dan pelaku UKM yang proses produksinnya menggunakan tenaga listrik," katanya di Pekalongan, Senin.
        
Menurut dia, pemerintah seharusnya mempertimbangkan kondisi perekonomian sebelum menaikan TDL agar pelaku garmen dan UKM tidak semakin terpuruk.
        
"Saat ini kondisi perekonomian belum stabil dan pasar garmen pun sedang lesu. Hal itu, tentunya akan menyulitkan industri garmen untuk melangsungkan usahanya," katanya.
        
Ia mengatakan saat ini, industri garmen hanya sekadar bertahan melangsungkan usahanya dengan mengurangi jumlah waktu proses produksi.
        
"Akan tetapi, kenaikan TDL juga bisa memicu pengurangan jumlah tenaga kerja. Oleh karena itu, kami hanya bisa mengimbau pada pelaku industri garmen dan UKM agar bisa berinovasi dan kreatif agar hasil produksi tetap diminati konsumen," katanya.  
    
Pengusaha garmen, Ernawati di Pekalongan, Senin, mengatakan bahwa kenaikan TDL   berdampak negatif pada sejumlah industri garmen yang menggunakan kapasitas listrik di atas tiga ribu Volt Ampere (VA).
        
"Kenaikan TDL sudah dipastikan memberatkan industri garmen karena beban biaya kian bertambah sedang kondisi pasar masih lesu," katanya.
        
Menurut dia, meski tarif listrik naik tetapi pengusaha tidak dapat menaikan  harga garmen pada pelanggan  Sehingga keuntunga semakin menipis.
        
Pengusaha garmen, kata dia, kini hanya bisa melakukan efisiensi pemakaian listrik untuk mengantisipasi membengkaknya biaya beban produksi.
        
"Jika semula kegiatan produksi garmen dilakukan hingga malam hari kini hanya pagi dan sore hari saja. Sebelum kenaikan TDL, biaya beban listrik hanya Rp600 ribu per bulan tetapi kini bisa mencapai sekitar Rp1 juta/ bulan," katanya.