BI: Sektor perkebunan Sumsel sulit berkembang

id perkebunan

 BI: Sektor perkebunan Sumsel sulit berkembang

Perkebunan karet salah satu andalan perekonomian Sumsel (FOTO ANTARA)

...Sebanyak 80 persen sektor perkebunan di Sumatera Selatan itu adalah karet, tapi sulit diajak beralih dari menjual bahan mentah ke barang setengah jadi karena lahanya mayoritas dimiliki masyarakat...
Palembang, (ANTARA Sumsel) - Sektor perkebunan karet di Sumatera Selatan sulit berkembang menjadi industri pengolahan meski sudah tumbuh selama puluhan tahun, karena mayoritas dimiliki rakyat, kata Peneliti Ekonomi Bank Indonesia Ari Setyo Wibowo.

"Sebanyak 80 persen sektor perkebunan di Sumatera Selatan itu adalah karet, tapi sulit diajak beralih dari menjual bahan mentah ke barang setengah jadi karena lahanya mayoritas dimiliki masyarakat. Beda dengan sawit yang rata-rata dimiliki perusahaan," kata Ari di Palembang, Senin.

Ia mengatakan, untuk perkebunan sawit, pemerintah menggunakan kewenangannya sebagai regulator untuk menekan pengusaha mau mengolah tandan buah segar (tbs) sebelum dijual ke luar negeri, sehingga sampai sekarang terdapat sejumlah produk turunan.

"Ada yang sudah diolah jadi minyak sawit mentah (cpo), campuran kosmetik, dan lainnya. Sementara untuk karet, petani masih menjual getah karet berbentuk bongkahan sehingga industri pengolahan tidak berkembang di sini," kata peneliti BI Kantor Wilayah VII ini.

Kondisi ini membuat sektor perkebunan karet Sumsel yang produksinya menyumbang 30 persen ekspor nasional tidak mampu menjamin kesejahteraan bagi petani.

Apalagi, pada kondisi saat ini karena harga karet ekspor jatuh di pasaran dunia akibat pelemahan ekonomi global.

Keadaan ini semakin diperparah oleh kondisi yang terjadi di lapangan yakni organisasi di tingkat petani karet tidak sekuat pada petani sawit.

"Harga karet hingga kini masih ditentukan oleh tengkulak. Berbeda dengan tandan buah segar (tbs) yang memiliki asosiasi cukup kuat di tingkat petani," kata dia.

Menurutnya, tak ada cara lain untuk memencahkan kebutuhan selain hilirisasi karet.

Untuk itu, ia menyarankan kepada pemerintah provinsi untuk bersungguh-sungguh menggolkan proyek Kawasan Ekonomi Khusus di lokasi pelabuhan laut Tanjung Api-Api.

"Sepertinya tak berapa lama lagi terealisasi. Sembari menanti, ada baiknya pemerintah memperkuat asosiasi petani karet supaya jadi kelembagaan modern yang tidak bisa diatur oleh tengkulak," kata dia.

Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel pada 2013 tercatat sebanyak 648.457 petani menggantungkan hidup di sektor ini dengan luas lahan mencapai 1.232.038 hektare. Jumlah tenaga kerja ini menjadi yang terbesar disusul kelapa sawit dengan 205.750 petani.