Anak penyandang Autis diberdayakan melalui keterampilan seni

id autis, anak penyandang autis

Anak penyandang Autis diberdayakan melalui keterampilan seni

Anak-anak penyandang Autis diberdayakan melalui ketrampilan seni (Foto: antarasumsel.com/ Evan Ervani/15)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Anak-anak penyandang Autis diberdayakan melalui pelatihan keterampilan di bidang seni yang dapat menjadi bekal mereka di masa mendatang, kata Ketua Yayasan Sekolah Luar Biasa Bina Mulia Palembang, Muniyati Ismail.

Dengan kelebihan yang dimiliki anak penyandang Autis ternyata mampu diarahkan melalui pelatihan sesuai dengan bakat dimiliki, kata Muniyati di Palembang, Senin.

Dikatakannya, pelatihan tersebut merupakan upaya pihak Sekolah Luar Biasa (SLB) Bina Mulia Palembang, sehingga bahwa anggapan sebagian orang penyandang Autis itu adalah tidak bisa diam dan bergerak ke sana ke sini, ternyata melalui kelebihan mereka apabila dibina dan diarahkan mampu berkarya menghasilkan sesuatu bermanfaat bagi orang banyak.

Anak penderita autis juga memiliki obsesi berlebih terhadap sesuatu. Misalnya mereka terobsesi terhadap angka, maka mereka akan terus memperhatikan angka-angka, atau terobsesi terhadap tali, mereka akan memaimkan tali terus menerus.

"Penderita autis juga peka terhadap sentuhan. Mereka bisa tersakiti hanya karena sentuhan kecil," katanya.

Meskipun demikian, ada kelebihan unik yang dimiliki anak penderita autis. Mereka dapat mengingat informasi secara detil dan akurat. Ingatan visual mereka juga sangat baik dan mampu berkonsentrasi terhadap subyek atau pekerjaan tertentu dalam periode yang lama.

Oleh karena itu, melalui pengembangan bakat serta minat di bidang keterampilan seni, para penyandang Autis mampu menghasilkan karya berupa kerajinan songket ditenun atau dikerjakan sendiri, setelah dijual di depan galeri sekolah, hingga mendatangkan penghasilkan.

Selain itu, beberapa anak penyandang Autis juga mampu menghasilkan batik tulis dan kain jumputan yang merupakan salah satu kain khas berasal dari Kota Palembang.

Membuat kain jumputan cukup mudah yang awalnya harus dilukis menggunakan pensil, selanjutnya dijahit hingga siap dipasarkan, kata Andrew, salah satu penyandang Autis di SLB Bina Mulia tersebut.

Memang diakui, kata Ketua Yayasan SLB, Muniyati, hasil karya para penyandang Autis tersebut sudah dikatakan mendekati sempurna, karena secara bakat dan tingkat kecerdasan mereka berbeda-beda.

"Sekarang sejumlah industri di bidang peralatan canggih di Jerman justru mencari pekerja penyandang auitis, karena mereka kalau dalam bekerja fokus bekerja saja," katanya.

Ia menjelaskan, saat ini pihak sekolah terus fokus memberikan dukungan terhadap hasil kreativitas para penyandang Autis, seperti melalui pameran pekan seni dan galeri seni sekolah, dimana karya mereka cukup diminati oleh konsumen dari dalam kota maupun datang dari luar Kota Palembang.

Ia berharap, pembinaan dari SLB tersebut dapat menjadi suatu motivasi serta modal bagi penyandang Autis di masa mendatang.