Harnojoyo dan batu alam Bukit Menaroh

id batu alam, batu akik, harnojoyo

Harnojoyo dan batu alam Bukit Menaroh

Plt Wali Kota Palembang Harnojoyo mengamati tekstur batu Bukit Menaroh melalui cahaya dari telepon gengam di kediaman pribadinya, Palembang, Jumat (3/4). (Foto Antarasumsel.com/15/ Dolly Rosana)

...Ini ide dari teman-teman SMP saya. Mereka bersepakat untuk memotong puncak dari Bukit Menaroh atas dasar kekhawatiran bakal di dahulu oleh orang lain. Maklum saja, saat ini sedang zaman batu...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Harnojoyo, Pelaksana Tugas Wali Kota Palembang, sejak sepekan terakhir telah mengoleksi batu alam "Bukit Menaroh" (atau jika diterjemahkan Bukit Menara) asal Tanjungsakti, Pagaralam, Sumatera Selatan.
    
Batu alam yang dimiliki Harnojoyo ini merupakan bidang puncak dari Bukit Menaroh yang sudah dipotong dengan diameter sekitar 20 cm dengan tinggi sekitar 40 cm.
    
Kebetulan bagian puncak dari Bukit Menaroh ini memunculkan dua puncak sehingga batu alam yang diberikan kepada Harnojoyo juga dua batang, dan salah satunya berbentuk seperti kuncup bunga Raflesia.
    
Kepercayaan dan kebanggaan atas kesuksesan putra daerah asli Tanjungsakti, Pagaralam, dalam mencapai kursi tertinggi di pemerintahan Kota Palembang yang melatari mengapa bagian puncak dari Bukit Menaroh saat ini sudah berada di kediamannya.
    
"Ini ide dari teman-teman SMP saya. Mereka bersepakat untuk memotong puncak dari Bukit Menaroh atas dasar kekhawatiran bakal di dahulu oleh orang lain. Maklum saja, saat ini sedang zaman batu," kata Harnojoyo bercerita kepada Antara yang dijumpai dikediamannya, Jumat (3/4).
    
Bukit Menaroh atau Bukit Menara berada jauh dari perkampungan warga Tanjungsakti yang kini telah menjadi kecamatan, atau jika berjalan kaki dibutuhkan waktu sekitar 11 jam untuk mengapainya. Bukit ini berdiameter kurang lebih 1,5 meter dengan tinggi sekitar 40 meter.
    
Adapun Tanjung Sakti berjarak sekitar 32 kilometer dari Pagaralam, sementara Pagaralam berjarak 298 km dari Palembang, ibu kota Sumatera Selatan. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Lahat, dan Bengkulu.
    
Bukit yang konon sudah ada sejak masa silam ini banyak menyimpan cerita mistis yang berkembang di penduduk Tanjungsakti, kampung masa kecil Harnojoyo.
    
"Di Pagaralam banyak ditemukan benda-benda bersejarah, ada tempayan yang terbuat dari batu, beragam alat masak hingga patung. Sewaktu saya kecil, ada gua yang dekat Bukit Menaroh pernah didapati sebuah peti batu," ujar dia.  
    
Menurutnya, warga sekitar sangat mempercayai bahwa sebuah kerajaan pernah ada di sekitar Bukit Menaroh ini.
    
Bahkan, Harnojoyo mengaku sempat berbincang dengan Sultan Hamengkubuana IX perihal kerterkaitan antara Jawa dan Sumatera. Menurut Sultan, keturuan suku Jawa itu berasal dari Sumatera, tempatnya berasal dari suku pasemah (suku ini mendiami Pagaralam dan sekitarnya).
    
"Banyaknya ditemukan benda-benda peninggalan zaman prasejarah, sempat juga terpikir oleh saya, jangan-jangan Kerajaan Sriwijaya berpusat di sini. Karena hingga kini belum diketahui dimana sebenarnya, yang ada hanya informasi melalui Prasasti Kedukan Bukit bahwa ada Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7," kata dia.
    
Terlepas dari kisah mistis yang menyertai keberadaan Bukit Menaroh itu, Harno justru memaknai sisi lain dari kehadiran batu alam ini di dalam kehidupannya.
    
Baginya, kepercayaan warga Tanjungsakti dengan rela memberikan bagian puncak tertinggi Bukit Menaroh adalah sesuatu yang tidak bisa diganti dengan uang.
    
Apalagi, perjuangan untuk memotong dan mengangkut batu tersebut, terbilang sangat sulit.
    
"Teman-teman saya, sampai menginap tiga hari dan tiga malam untuk memotong dan membawa batu ini dari tempat tersembunyi. Demi untuk menghargai perjuangan ini, saya pun menemui mereka secara langsung dengan berangkat ke Tanjungsakti," ujar pria kelahiran Pagaralam, 12 Juni 1967 ini.
    
Kini, batu yang syarat sejarah bagi warga Tanjungsakti dan penuh makna persahabatan ini telah terpajang di ruang tamu kediaman pribadi Plt Wali Kota Palembang ini.
    
Bentuknya seperti kuncup bunga raflesia, dan warnanya seperti kulit kayu yang sudah termakan usia.
    
Jika disinari cahaya, maka akan keluar kilauan dari pori-pori batu seperti kemilau batu intan.
    
"Hingga saat ini saya tidak tahu persis apa jenis batu ini, kandungannya pun saya tidak tahu, apakah ada intan atau permata di dalamnya. Tapi yang jelas, sampai kapan pun tidak akan dijadikan batu cincin," ujar Harnojoyo sambil tertawa lepas.

                                                               Definitif
Harnojoyo tak berapa lama lagi akan menempati kursi tertinggi di pemerintahan Kota Palembang. Meski sebagai pejabat definitif atau menggantikan posisi Wali Kota Romi Herton yang terjerat kasus dugaan suap Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar, tapi pada dasarnya, ia bakal menjadi orang nomor satu di Kota Palembang.
    
Keterlibatan Harnojoyo di pentas politik diawali dengan bergabung dengan Partai Demokrat. Ia pun akhirnya terpilih sebagai Ketua DPRD Kota Palembang periode 2009-2014 setelah sempat menjadi wakil rakyat hingga dua periode.
    
Hingga kini, ia tercatat masih menjabat sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Kota Palembang periode 2010-2015.
    
Ketertarikannya pada bidang politik itu, berawal dari keinginan untuk memperluas pergaulan dan menambah wawasan. Pilihan pun jatuh ke Partai Demokrat karena menyukai sosok Susilo Bambang Yudhoyono.
    
Beragam profesi yang sempat digelutinya seperti agen ayam potong dan sopir taksi akhirnya membuat ayah tiga anak ini memahami berbagai persoalan yang berada di masyarakat.
    
Lantaran itu pula, dia memilih pasrah ketika beberapa waktu lalu didesak untuk mundur mengingat pasangannya yakni Romi Herton terkena kasus korupsi. Ia yang menjadi wakil wali kota juga terseret dalam pusara itu setelah memenangkan Pilkada 2014 bersama Romi Herton.
    
"Saya menjalankan tugas berpegang pada SK sebagai pelaksana tugas. Jika ini dicabut karena terbukti saya, ya tidak apa-apa. Tidak masalah jadi tukang ayam lagi," kata dia beberapa waktu lalu.
    
Dalam kondisi itu, ia mengaku sempat dilanda tekanan mental mengingat sedari awal hanya memposisikan diri sebagai wakil wali kota.     
    
Namun keadaan pun berubah, pasca Pengadilan Tipikor menetapkan Romi Herton hukuman penjara selama 9 tahun dan denda Rp200 juta dan subsider kurungan. Sementara, istrinya Masitoh divonis selama empat tahun penjara dan denda Rp200 juta dan subsider kurungan.
    
Atas penetapan pengadilan tersebut, Harnojoyo sudah mendapatkan kepastian bakal menjadi Wali Kota Palembang secara definitif menggantikan posisi Romi Herton (pasangannya dalam pilkada).
    
"Saya berat dengan kondisi ini, karena doa saya agar Romi naik agar saya bisa ikut, bukan justru saya mendahului. Terlepas dari semua ini, saya pasrah saja ke Tuhan," kata dia.
    
Kini, Harnojoyo bersiap menjadi pejabat definitif wali kota dengan dijadwalkan mengikuti pelatihan orientasi kepemimpinan Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Dalam Negeri, 5-25 April 2015.