Dewan adat ke Ternate telusuri sejarah Kesultanan Palembang

id kesultanan, dewan adat palembang

Dewan adat ke Ternate telusuri sejarah Kesultanan Palembang

Ilustrasi--Prosesi penabalan gelar kepada enam warga Malaysia dari Kesultanan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin. (Foto Antarasumsel.com/13/Nila Fuadi/Aw)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Sebanyak 40 orang anggota Dewan Pembina Adat Palembang pada April 2015 akan bertolak ke Ternate, Nusa Tenggara Timur untuk menelusuri sejarah Kesultanan Palembang di sana.

Sekretaris Pembina adat Palembang Heri Aprian di Palembang, Senin, mengatakan, selain mempelajari peninggalan budaya Palembang di Ternate, para anggota juga dijadwalkan berziarah ke makam Sultan Mahmud Badarudin (SMB) II.

"Riwayat perjalanan Sultan Mahmud Badarudin II ini memang ada dan tercatat dalam sejarah, selaku anggota Dewan Pembina Adat Palembang tentunya harus memahami kisah ini karena bertugas sebagai pelestari budaya asli daerah," ujar dia.

Seusai pelantikan sebanyak 143 anggota Dewan Pembina Adat Palembang dan Dewan Pemangku Adat di 16 Kecamatan Kota Palembang periode 2015 - 2020, ia mengatakan, beragam cerita terkait kehidupan SMB II di Ternate ini patut menjadi contoh dalam berkehidupan bermasyarakat.

Untuk itu, sangat dibutuhkan peran dari anggota Dewan Pembina Adat Palembang untuk terus mengkisahkan ke masyarakat.

Kisah ini berguna untuk meningkatkan kualitas generasi mendatang yang membutuhkan sosok teladan yang berani dan religius.

"Harapannya, sepulang dari Ternate dapat dihasilan suatu buku atau bentuk yang lebih konkret lagi demi lestarinya budaya Palembang," ujar dia.

Sultan Mahmud Badaruddin adalah salah seorang pejuang yang melawan terhadap dua penjajah yakni Inggris dan Belanda.

SK Presiden RI No 063/TK/1984 menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Mahmud Badaruddin II.

Sultan Mahmud Badaruddin II adalah pemimpin Kesultanan Palembang-Darussalam selama dua periode (1803-1813, 1818-1821), setelah masa pemerintahan ayahnya, Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803).

Semenjak ditunjuk menjadi Sultan Kerajaan Palembang menggantikan ayahnya Sultan Muhammad Bahauddin, Sultan Mahmud Badaruddin melakukan perlawanan terhadap penjajah Inggris dan Belanda.

Ia berjuang membebaskan tanah Palembang dari tangan Belanda, namun pada tanggal 25 Juni 1821, Palembang jatuh ke tangan Belanda.

Pada Tanggal 13 Juli 1821, ia beserta keluarganya menaiki kapal Dageraad dengan tujuan Batavia, kemudian diasingkan ke Ternate oleh Belanda sampai akhir hayatnya wafat dan dimakamkan di Ternate pada 26 September 1852.