Pemimpin perempuan Sumsel-Jatim bahas masalah tanah

id pertemuan pemimpin perempuan, bahas maslah tanah, lsm solidaritas perempuan, solidaritas perempuan, perempuan, lsm

Pemimpin perempuan Sumsel-Jatim bahas masalah tanah

Pengurus LSM Solidaritas Perempuan Sumsel Ekawati. (Foto Antarasumsel.com/Yudi Abdullah)

...Dalam pertemuan itu pemimpin perempuan berbagi pengalaman dan strategi memperjuangkan hak perempuan atas tanah dan mekanisasi pertanian, termasuk metode pengorganisasian dan pengelolaan kelompok...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Sebanyak 50 pemimpin perempuan dari instansi pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) sejumlah daerah Sumatera Selatan dan Jawa Timur, melakukan pertemuan di Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel membahas masalah tanah, 12-13 Maret 2015.

Pertemuan difasilitasi organisasi Solidaritas Perempuan Palembang bersama IWE dengan tujuan meningkatkan kesadaran perempuan akar rumput terkait situasi baik di tingkat global, maupun daerah mengenai hak atas tanah, kata Panpel Temu Pemimpin Perempuan, Ekawati di Palembang, Kamis.

Menurut dia, dalam pertemuan itu dihadiri pemimpin perempuan dari sejumlah daerah Provinsi Sumsel seperti Desa Tanjung Gelam, Lubuk Sakti, Seribandung dan Betung, serta dari Desa Kulon Bambang, Jawa Timur.

Kegiatan itu diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peserta mengenai strategi mengembangkan sosial solidaritas ekonomi perempuan melalui pengembangan pupuk organik.

Selain itu dapat memperkuat solidaritas antar-pemimpin perempuan di empat desa di Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel dan Kulon Bambang, Jawa Timur.

Berbagi pengalaman dan strategi pemimpin perempuan dalam memperjuangkan hak perempuan atas tanah dan mekanisasi pertanian, termasuk metode pengorganisasian dan pengelolaan kelompok.

Menyusun strategi penguatan kelompok dan advokasi kebijakan serta rekomendasi sebagai hasil dari temu pemimpin perempuan, katanya.

Dia menjelaskan, temu pemimpin perempuan dengan tema "Strategi Perempuan Memperjuangkan Hak Perempuan atas Tanah dalam Kerangka Social Solidarity Economy" dilakukan dengan metode dialog dengan pemerintah, diskusi kelompok, pengalaman lapangan dan brainstorming.

Tema tersebut ditetapkan berdasarkan alasan perempuan seringkali menghadapi diskriminasi dalam sistem hukum formal maupun adat dalam hal kepemilikan, pengelolaan dan pemanfaatan tanah.

Di banyak daerah, perempuan masih terhalang hambatan besar dalam memperoleh tanah karena sistem kepemilikan patriarkal yang menghalangi kepemilikan perempuan atas tanah.

Perempuan umumnya bisa mengakses tanah melalui laki-laki, sehingga hak perempuan atas tanah sangat rentan dan tergantung dari laki-laki.

Situasi tersebut mengakibatkan banyak perempuan yang mengalami ketergantungan ekonomi dan terpinggirkan karena umumnya mereka tidak mampu mengakses kepemilikan atas tanah.

Dalam kegiatan itu akan dihadirkan narasumber dan fasilitator dari berbagai pihak seperti Arieska Kurniawaty dari Sekretariat Nasional Solidaritas Perempuan, Anwar Sadat dari Serikat Petani Sriwijaya, pejabat Kanwil BPN Provinsi Sumatera Selatan, pejabat Dinas Pertanian Kabupaten Ogan Ilir, Arieska Kurniawaty dari Sekretariat Nasional Solidaritas Perempuan, Marhaini Nasution dan Dini Anitasari dari IWE, kata dia pula.