Gapkindo: Produksi petani karet turun 30 persen

id karet

Gapkindo: Produksi petani karet turun 30 persen

Seorang buruh penyadap karet. (Foto Antarasumsel.com/Feny Selly)

...Lahan dibiarkan begitu saja karena jika disadap uang dari getah sangat sedikit, rasanya tidak sebanding...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Produksi getah dari petani karet mengalami penurunan hingga 30 persen sejak awal tahun 2015 karena dipengaruhi penurunan harga di pasar ekspor yang terjadi sejak pertengahan 2014.
    
Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Alex K Edy di Palembang, Sabtu mengatakan, penurunan produksi ini disebabkan petani memilih meninggalkan lahan untuk sementara waktu karena harga berkisar Rp4.000 hingga Rp5.000 per kg untuk jenis karet mentah bongkahan.
    
"Lahan dibiarkan begitu saja karena jika disadap uang dari getah sangat sedikit, rasanya tidak sebanding," kata Alex.
    
Ia menambahkan, meski harga sudah berada di titik terendah tapi sebagian besar petani karet Sumsel masih berproduksi lantaran tidak memiliki alternatif lain.
    
"Jika tidak disadap maka mau makan dari mana, jadi tidak ada pilihan lagi. Kondisi ini sungguh memprihatinkan karena hingga saat ini masih menjadi produk ekspor karena belum ada hilirisasi di Sumsel," ujar dia.
    
Lantaran impitan ekonomi ini, sejumlah petani memutuskan beralih profesi dengan menjadi buruh dan pedagang.
    
"Bisa jadi, sejumlah petani karet ada yang beralih menjadi pedagang batu akik karena sedang marak saat ini dan sangat menjanjikan keuntungan," kata dia.
    
Produksi karet Sumatera Selatan dalam dua tahun terakhir relatif stabil di kisaran 1 juta ton meskipun harga di pasar ekspor mengalami penurunan hingga tiga kali lipat.
    
Sekretaris Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan Safar Bahri di Palembang, Rabu (4/2), produksi karet ini tetap bertahan lantaran petani enggan beralih menanam jenis tanaman lain, seperti padi dan tebu.  

Data Badan Pusat Statistik Sumsel mencatat penurunan nilai ekspor cukup signifikan terjadi pada 2014 dengan membukukan hanya 1.613.390.000 dolar AS atau turun drastis dibandingkan 2013 yang mencetak 2.705.493.000 dolar AS.
    
Pada 2012, nilai ekspor karet Sumsel masih tinggi dengan mencatat 2.943.866.000 dolar AS, dan mencapai masa keemasan pada 2011 dengan membukukan 3.868.385.000 dolar AS, sedangkan pada 2010 hanya 1.904.324.306 dolar AS dan 2009 sebesar 1.110.906.904 dolar AS.***3***