Tersentak kicauan "tukang ayam" di media sosial

id harnojoyo

Tersentak kicauan "tukang ayam" di media sosial

Harnojoyo (Antarasumsel.com/Nila Fuadi)

...Hatinya langsung tersentak karena sebagian besar kicauan seakan meremehkan profesi sebagai "tukang ayam"...
Media sosial disadari telah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia karena pada 2014 ini tercatat sebagai peringkat keempat untuk penggunaan facebook dan peringkat kelima untuk twitter.
    
Sebagian besar penduduk terutama di perkotaan bisa dipastikan menjadikan media sosial sebagai alat untuk "beredar". Tidak terkecuali bagi Pelaksana Tugas (plt) Wali Kota Palembang Harnojoyo.
    
Lantaran itu pula, ia mengaku begitu terkejut ketika media sosial ramai membicarakan mengenai profesi sebelumnya menjadi plt wali kota yakni sebagai penjual ayam. 
    
Hatinya langsung tersentak karena sebagian besar kicauan seakan meremehkan profesi sebagai "tukang ayam", lebih akrab warga Palembang menyebutnya.
    
"Saya justru sangat bangga dengan profesi sebagai tukang ayam karena dengan itu saya bisa mengangkat keluarga dari dusun, hingga akhirnya saya memiliki uang untuk biaya politik," kata Harnojoyo mengungkapkan isi hatinya dalam pertemuan seluruh Pimpinan Media Se-Sumsel, Kamis (4/2). 
    
Ia menceritakan, usaha yang dimulai pada 2011 itu telah memberikan keuntungan yang berlipat-lipat. Pernah dalam suatu masa, ia membeli dua unit mobil dalam satu bulan karena mendapatkan uang satu hari mencapai Rp10 juta.
    
"Saya bisa menjual 5.000 ekor ayam satu hari, dan bisa mendapatkan untung rata-rata sekitar 2,5 jt per hari. Jika mereka yang bicara ini tahu, maka akan mau jadi tukang ayam," kata sulung dari tujuh bersaudara dari pasangan Syafril dan Ruhinah.
    
Menurut pelaksana tugas pengganti Wali Kota Romi Herton ini, hanya orang yang bodoh yang tidak dapat memaknai betapa mulianya profesi sebagai pedagang itu karena menjadi sosok pribadi yang enggan berpangku tangan.
    
Ia mencontohkan, pernah suatu masa terlambat datang ke pusat penjualan ayam karena ketiduran. Akibatnya, waktu yang tersisa untuk berdagang tinggal sedikit, padahal ratusan ayam belum terjual. Lantaran, memiliki keinginan yang kuat mendapatkan keuntungan akhirnya mau "repot" dengan berpindah pasar hingga ke dua tempat yang berbeda.
    
"Saya lari ke Pasar Padang Selasa, ayamnya masih belum habis, lalu lari lagi ke Pasar Macan Lindungan, barulah habis. Tapi waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 wib," kenang Harnojoyo sambil tertawa.
    
Ia mengisahkan, dari pengalaman sebagai pedagang tersebut justru membuat Harnojoyo memegang kunci dalam bekerja yang kemudian diterapkannya ketika memimpin Pemerintahan Kota Palembang.
    
Baginya, bersungguh-sungguh adalah modal untuk meraih keberhasilan. "Ketika masuk partai, saya pun bersungguh-sungguh dan tidak pernah merencanakan akan duduk di pemerintahan kota," kata pria kelahiran Lahat, 12 Juni 1967.

                                               Pasrah

Keterlibatan Harnojoyo di pentas politik diawali dengan bergabung dengan Partai Demokrat. Ia pun akhirnya terpilih sebagai Ketua DPRD Kota Palembang periode 2009-2014 setelah sempat menjadi wakil rakyat hingga dua periode. Hingga kini, ia tercatat masih menjabat sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Kota Palembang periode 2010-2015. 
    
Ketertarikannya pada bidang politik itu, berawal dari keinginan untuk memperluas pergaulan dan menambah wawasan. Pilihan pun jatuh ke Partai Demokrat karena menyukai sosok Susilo Bambang Yudhoyono.
    
Beragam profesi yang sempat digelutinya seperti agen ayam potong, supir taksi akhirnya membuat ayah tiga anak ini memahami berbagai persoalan yang berada di masyarakat.
    
Lantaran itu pula ia memilih pasrah atas apa yang sedang terjadi yakni terkait desakan penggantian kepemimpinan di Kota Palembang terkait dengan kasus hukum yang menimpa Romi Herton. Ia yang menjadi wakil wali kota juga terseret dalam pusara itu setelah memenangkan Pilkada 2014.
    
"Saya menjalankan tugas berpegang pada SK sebagai pelaksana tugas. Jika ini dicabut karena terbukti saya, ya tidak apa-apa. Tidak masalah jadi tukang ayam lagi," kata dia.
    
Namun, sebagai seorang individu, Harnojoyo mengatakan tetap berjuang untuk legalitas atas jabatan yang telah diterima berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi beberapa waktu lalu.
    
"Berjuang, jelas tetap berjuang tapi upaya tetap diserahkan ke lembaga publik. Ada mereka yang lebih memahami karena jika saya mengklarifikasi maka pasti akan dikatakan salah, jadi lebih baik bekerja saja," kata dia.
    
Dalam kondisi ini, ia tidak memungkiri dilanda tekanan mental mengingat sedari awal hanya memposisikan diri sebagai pelengkap atau wakil wali kota. Namun, apabila Romi Herton diputuskan bersalah oleh Pengadilan Tipikor atas dugaan suap ke Ketua MK Akil Muchtar maka mau tidak mau, Harnojoyo akan menduduki kursi Palembang satu.
    
"Saya berat dengan kondisi ini, karena doa saya agar Romi naik agar saya bisa ikut, bukan justru saya mendahului. Terlepas dari semua ini saya pasrah saja ke Tuhan," kata dia.
    
Persoalan di Pemerintah Kota Palembang hingga kini belum tuntas, beragam pilihan dan pendapat merebak di masyarakat menyusul kasus hukum yang menimpa Romi Herton.
    
Namun di tengah pergulatan tersebut, Harnojoyo tetap bekerja seakan tidak terpengaruh atas persoalan yang ada. Sejak menjabat sebagai plt pada akhir November 2014, ia secara reguler, yakni hari Seni, Rabu, dan Jumat, "blusukan" ke kelurahan untuk mendengar keluhan masyarakat.
   
Terayar, meski sebagai ptl ia menyatakan akan memberhentikan kepala dinas yang dinilai tidak perform dalam menjalankan tugas.