Peluang "window dressing" di pasar modal masih terbuka

id pelaku pasar, pasar modal, pengamat, adjustment risk, dampak dari kenaikan bbm, bi rate, window dressing

...Pelaku pasar sedang melakukan 'adjustment risk' dampak dari kenaikan BBM dan BI rate. Jika dampak dari kebijakan pemerintah itu tidak panjang maka potensi 'window dressing' terbuka...
Jakarta (ANTARA Sumsel) - Pengamat pasar modal Andreas Yasakasih menilai peluang "window dressing" di pasar modal masih terbuka meski dibayangi harapan kinerja yang tidak terlalu optimis menyusul adanya dampak negatif jangka pendek dari kenaikan bahan bakar minyak (BBM) subsidi dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate).
        
"Pelaku pasar sedang melakukan 'adjustment risk' dampak dari kenaikan BBM dan BI rate. Jika dampak dari kebijakan pemerintah itu tidak panjang maka potensi 'window dressing' terbuka," ujar Andreas Yasakasih yang juga Direktur Investasi PT Valbury Capital Management di Jakarta, Kamis.
        
Menurut dia, dampak negatif jangka pendek dari kebijakan itu belum terasa pada sektor riil. Diharapkan dalam kurun waktu sepekan ke depan pascakenaikan BBM dan BI rate itu dampaknya sudah terasa sehingga penyesuaian risiko oleh pelaku pasar modal dapat lebih cepat.
       
"Jika melihat psikologis investor lokal maupun asing saat ini, cenderung cukup optimis memandang fundamental ekonomi nasional ke depan," ujarnya.
      
Kondisi itu, lanjut Andreas Yasakasih, maka dapat mendorong investor untuk masuk ke pasar saham sehingga fenomena "window dressing" di pasar modal bisa terjadi menjelang akhir tahun 2014 ini.
        
Ia mengemukakan "window dressing" dapat diartikan sebagai usaha untuk mempercantik nilai portofolio investor atau pengelola investasi (manajer investasi) pada akhir tahun agar laporan keuangan terlihat bagus. Secara umum, "window dressing" terjadi menjelang tutup buku akhir tahun.
        
Analis Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menambahkan bahwa menjelang akhir tahun ini, fenomena "window dressing" berpotensi terjadi menyusul masih adanya aksi beli investor asing terhadap saham-saham di dalam negeri.
        
"Kondisi itu menjadi salah satu petanda, 'window dressing' akan marak pada tahun ini," katanya.
        
Sementara itu tercatat, dalam data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia per 20 November 2014, pelaku pasar saham asing membukukan beli bersih (foreign net buy) sebesar Rp48,938 triliun.