Hujan buatan di Sumsel masih sulit dilakukan

id hujan buatan sulit dilakukan, tidak ada awan kumulonimbus, kumulonimbus, awan, tmc, teknologi modifikasi cuaca, bmkg

Hujan buatan di Sumsel masih sulit dilakukan

Kasi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumatera Selatan, Indra Purnama. (Foto Antarasumsel.com/14/Yudi Abdullah)

...Ancaman titik api yang dapat mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan perlu terus diwaspadai, sehingga masalah kabut asap tidak semakin parah...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumatera Selatan menyatakan hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca yang kini sedang diupayakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah provinis setempat diprediksi masih sulit dilakukan.

"Hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang dilakukan untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan penyebab bencana kabut asap di wilayah Sumatera Selatan dalam sebulan terakhir, sulit dilakukan karena saat ini belum terdeteksi terbentuknya awan kumulonimbus yang mendukung untuk kegiatan TMC itu," kata Kasi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumatera Selatan, Indra Purnama di Palembang, Sabtu.

Menurut dia, awan kumulonimbus adalah sebuah awan vertikal menjulang yang sangat tinggi, padat, dan terlibat dalam badai petir serta cuaca dingin yang terakumulasi hujan.

Belum terbentuknya awan tersebut, kegiatan untuk melakukan TMC menjadi terhambat, padahal bencana kabut asap yang akhir-akhir ini dirasakan semakin pekat menyelimuti udara Kota Palembang dan sejumlah daerah Sumsel lainnya membutuhkan hujan, katanya.

Dia menjelaskan, kondisi cuaca di provinsi yang memiliki 17 kabupaten dan kota ini dalam kondisi ekstrem karena curah hujan sangat sedikit di bawah 100 milimeter, suhu udara mencapai 35 derajat Celsius dengan kelembapan udara nilainya kurang dari 45 persen terutama pada siang hingga sore hari antara pukul 12.00 -16.00 WIB.

Dalam kondisi cuaca ekstrem sekarang ini mulai mengakibatkan terbakarnya lahan gambut di sejumlah daerah seperti di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yang kini menjadi fokus penanggulangannya melalui operasi pemadaman darat dan udara menggunakan beberapa helikopter pengebom air di titik api yang sulit dijangkau oleh petugas BPBD yang didukung personel TNI dan instansi terakit.

"Kabut asap yang kini dirasakan semakin pekat terutama oleh warga Kota Palembang yang mendapat kiriman asap dari sejumlah daerah disebabkan kebakaran ribuan hektare lahan gambut di kawasan Kabupaten OKI yang posisinya cukup dekat dengan ibu kota provinsi Sumsel itu," ujarnya.

Ancaman titik api yang dapat mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan perlu terus diwaspadai, sehingga masalah kabut asap yang dirasakan semakin pekat serta mulai mengganggu berbagai aktivitas dan kesehatan masyarakat tidak semakin parah.

Cuaca di wilayah Sumsel dalam kondisi ekstrem diprakirakan terjadi hingga pertengahan Oktober 2014 karena setelah tanggal tersebut mulai memasuki musim penghujan.

Musim hujan diharapkan mulai terjadi sesuai dengan prakiraan tersebut, karena kebakaran lahan gambut yang mengakibatkan bencana kabut asap di wilayah provinsi berpenduduk sekitar 8,6 juta jiwa itu, berdasarkan pengalaman selama ini hanya bisa dipadamkan dengan curah hujan yang cukup tinggi, ujar Indra.

Sebelumnya Kepala BPBD Sumsel, Yulizar Dinoto, menjelaskan menghadapi bencana kabut asap yang terjadi pada September hingga Oktober 2014 ini, pihaknya menyiapkan beberapa langkah penanggulangan di antaranya dengan melakukan operasi pemadaman titik api melalui darat dan udara.

Pemadaman melalui darat bekerja sama dengan BPBD dan petugas penanggulangan bahaya kebakaran kabupaten yang menjadi sumber titik api.

Sedangkan untuk melakukan operasi pemadaman kebakaran hutan dan lahan melalui udara, pihaknya melakukan pengeboman air di titik api yang sulit dijangkau tim operasi darat dengan menggunakan lima helikopter yang memiliki kemampuan melakukan pengeboman air pada titik api yang sulit dijangkau petugas yang melakukan operasi pemadaman darat.

Untuk meminimalkan jumlah titik api penyebab bencana kabut asap itu, pihaknya terus berupaya melakukan operasi darat dan udara secara maksimal, dan berupaya melakukan hujan buatan atau Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) hingga masalah kabut asap bisa diatasi dengan baik dan tidak lagi mengganggu berbagai aktivitas dan kesehatan masyarakat Sumsel, ujar Yulizar.