Harga karet lelang KUD di Sumsel Rp7.325/kg

id karet, harga karet sumsel

Harga karet lelang KUD di Sumsel Rp7.325/kg

Transaksi karet petani (FOTO ANTARA)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Harga karet melalui lelang antarkoperasi unit desa Regan Agung Kecamatan Banyuasin, Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan, Rabu, tercatat Rp7.325,00 per kilogram.

Informasi dari Unit Pengolahan Pemasaran Bokar (UPPB) lewat Ketua Koperasi Lavender Banyuasin Rozi, Rabu mengatakan dari jumlah pedagang pengumpul melalui pasar lelang karet tersebut, harga slab usia satu minggu tertinggi Rp7.325,00 per kg.

Sementara harga karet slab terendah melalui pasar lelang penawaran terendah dari pengurus KUD Bina Tani Rp7.100,00 per kg.

Para pedagang pengumpul dapat mengikuti lelang atau hanya menitip menjual karet antarkoperasi unit desa tersebut, kata Rozi menambahkan.

Sementara, Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Dinas Perkebunan Sumatera Selatan Benyamin di Palembang sebelumnya mengatakan harga bahan olah (bokar) giling tersebut dipantau melalui lelang antarkoperasi unit desa (KUD) di Kecamatan Banyuasin dan KUD Serasan Jaya Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muaraenim.

Pantauan Antara, harga karet melalui pasar lelang antarkoperasi unit desa tersebut, sangat berpengaruh terhadap pasaran di tingkat petani yang ditetapkan para pedagang pengumpul.

Contohnya, para petani di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, mengeluhkan harga jual getah karet yang makin turun yang diperparah dengan hasil sadapan jauh berkurang akibat musim kemarau.

"Sebagian besar petani sejak sebulan terakhir mulai kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena harga jual karet makin turun," kata Zubaidah (43), petani Desa Pagaragung, Kecamatan Lubuk Batang, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) di Baturaja, Selasa (23/9).

Menurut dia, selain harga getah karet yang terus turun dari Rp6.000,00 per kilogram, sekarang hanya kisaran Rp4.000,00/kg diperparah lagi hasil sadapan jauh berkurang akibat musim kemarau.

Ia menjelaskan hasil sadapan di kebun miliknya yang luasnya 1 hektare saat ini hanya bisa menghasilkan beku karet 30 kilogram per pekan, padahal ketika kondisi cuaca normal bisa mencapai 70-80 kg/pekan.

Pernyataan senada juga dikemukakan Hasri (48), warga dari desa yang sama bahwa lebih memprihatinkan lagi karena karet disadap milik orang lain sehingga hasilnya harus dibagi dengan pemilik kebun.

"Kondisi sekarang ini sudah dirasakan sejak sebulan terakhir, hasil sadapan karet untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari makin susah," katanya.