Palembang belum bisa adopsi pengendalian banjir Belanda

id banjir, pengendalian banjir

Palembang belum bisa adopsi pengendalian banjir Belanda

Ilustrasi - Kawasan perumahan warga Palembang terkena banjir (Foto Antarasumsel.com/14/Feny Selly/Aw)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Pengajar di Unesco IHE Delft Belanda FX Suryadi PhD mengatakan Pemkot Palembang belum bisa mengadopsi langsung pengendalian banjir dari Belanda karena dari curah hujan pun berbeda.

"Pengendalian banjir di negeri kincir angin tersebut tentunya menjadi referensi tetapi tidak bisa diadopsi langsung mengingat secara geografis maupun curah hujan," katanya pada Sosialisasi Peningkatan Peran serta Masyarakat Dalam Pemeliharaan Drainase Kota Palembang, Jumat.

Dia menjelaskan, drainase menjadi kunci utama pengendalian banjir yang harus dipelihara secara baik.

Belanda memiliki kanal-kanal yang telah terpelihara sangat baik dan kesadaran tinggi penduduk dalam menjaga drainase dan lingkungan juga menjadi kunci utama keberhasilan negeri tersebut, ujarnya.

Namun, faktor lainnya curah hujan di Belanda, dia menambahkan, cenderung rendah hanya 60 milimeter per hari.

Jika dibandingkan curah hujan Indonesia yang mencapai 200 milimeter per hari karenanya dalam mengadopsi sistem pengendalian banjir juga harus dianalisa secara optimal, tambahnya.

Ia mengatakan, analisa sistem pengendalian berimplikasi pada pemenuhan kebutuhan sarana dalam mengantisipasi genangan air di Palembang yang merupakan dataran rendah berawa.

Dia mencontohkan, pemasangan dan penggunaan pompa air tentu harus sesuai dengan curah hujan yang mencapai 200 mm per hari.

Berbeda dengan sistem pompanisasi di Belanda yang curah hujannya hanya 60 mm per hari, katanya.

Sementara Kabid Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pengendalian Banjir Dinas PU Bina Marga dan PSDA Kota Palembang Bastari menambahkan, sosialisasi tersebut ditargetkan mampu mendorong kesadaran masyarakat menjaga drainase sehingga bisa berperan optimal dalam mengalirkan air hujan.

Pemeliharaan drainase hendaknya bukan hanya dianggap tugas pemerintah tetapi justru tanggung jawab semua penduduk kota pempek, tambahnya.

Sosialisasi tersebut diikuti puluhan perwakilan dari 16 kecamatan di Kota Palembang.

Hadir juga pembicara dari Universitas Sriwijaya Prof Robianto pakar pengelolaan lawan rawa.