Pemkab imbau perusahaan kendalikan limbah sawit

id limbah, cemari sungai

Pemkab imbau perusahaan kendalikan limbah sawit

Ilustrasi - Warga keluhkan limbah minyak cemari sungai (Foto Antarasumsel.com/14/E Permana)

Musirawas Utara (ANTARA Sumsel) - Pemerintah Kabupaten Musirawas Utara, Sumatera Selatan mengimbau kepada seluruh perusahaan perkebunan agar limbah pengolahan buah kelapa sawit dikendalikan agar tidak mencemari lingkungan masyarakat apa lagi kalau dibuang ke sungai.

"Kami mendapat laporan dari warga tiga desa di sepanjang Sungai Rawas bahwa mereka meresahkan limbah cair pengolahan buah kelapa sawit mencemari sungai tersebut dan masyarakat tak bisa memanfaatkan air itu untuk mandi dan cuci," kata Penjabat Bupati Musirawas Utara (Muratara) H Akisropi Ayub, Rabu.

Berdasarkan laporan tersebut pemerintah daerah menurunkan tim dari Badan Lingkungan Hidup setempat untuk mengecek kekeruhan air sungai dan hasilnya akan diketahui beberapa hari ke depan.

Ia mengatakan setiap perusahaan perkebunan dan pertambangan harus mematuhi Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) yang tertera dalam perizinan dimiliki.

Bila hal itu dilanggar atau diabaikan akan dikenakan sanksi hukum, untuk mengantisipasinya perusahaan betul-betul serius mengendalikan limbahnya termasuk limbah kapal motor mengangkut minyak kelapa sawit tersebut, ujarnya.

Di Kabupaten Muratara terdapat puluhan perusahaan perkebunan besar yang memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit dan dalam waktu dekat akan dievaluasi penggunaan limbah di masing-masing pabriknya.

"Kami akan tindak tegas perusahaan yang tidak mengendalikan limbahnya apa lagi kalau limbah dari pabrik langsung dibuang ke sungai karena sungai masih dijadikan tempat mandi dan cuci masyarakat setempat,` katanya.

Salah seorang warga Desa Pauh, Kecamatan Rawas Ilir Sumardi mengatakan beberapa hari lalu Sungai Rawas tidak bisa digunakan untuk mandi dan cuci karena digenangi minyak kelapa sawit diduga dari kapal ponton pengangkut minyak kelapa sawit.

Kapal ponton itu lalu lalang mengangkut minyak kelapa sawit perusahaan setempat, namun saat mau melewati salah satu jembatan gantung yang posisinya sangat rendah dari permukaan air, kapal itu tak bisa lewat karena nyangkut pada jembatan tersebut.

Kapten kapal ponton itu terpaksa mengambil inisiatif mengisi ponton itu dengan air sungai, sehingga bisa melewatinya setelah berada di bagian hulu dan akan memuat minyak kelapa sawit air bercampur minyak sawit itu dibuang ke sungai.

Hal itu dilakukan setiap minggu, sehingga masyarakat dari beberapa desa yang berada di tepian sungai tidak bisa menggunakan air sungai tersebut.

"Kami mandi dan cuci mencari anak sungai lain yang lokasinya sangat jauh dari desa padahal sejak nenek moyang dulu Sungai Rawas menjadi tempat mandi dan airnya dibuat untuk masak dan minum, kata warga tersebut.