Musirawas Utara (ANTARA Sumsel) - Pemerintah
Kabupaten Musirawas Utara, Sumatera Selatan mengimbau kepada seluruh
perusahaan perkebunan agar limbah pengolahan buah kelapa sawit
dikendalikan agar tidak mencemari lingkungan masyarakat apa lagi kalau
dibuang ke sungai.
"Kami mendapat laporan dari warga tiga desa di sepanjang Sungai
Rawas bahwa mereka meresahkan limbah cair pengolahan buah kelapa sawit
mencemari sungai tersebut dan masyarakat tak bisa memanfaatkan air
itu untuk mandi dan cuci," kata Penjabat Bupati Musirawas Utara
(Muratara) H Akisropi Ayub, Rabu.
Berdasarkan laporan tersebut pemerintah daerah menurunkan tim dari
Badan Lingkungan Hidup setempat untuk mengecek kekeruhan air sungai dan hasilnya akan diketahui beberapa hari ke depan.
Ia mengatakan setiap perusahaan perkebunan dan pertambangan harus
mematuhi Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) yang tertera dalam perizinan dimiliki.
Bila hal itu dilanggar atau diabaikan akan dikenakan sanksi hukum,
untuk mengantisipasinya perusahaan betul-betul serius mengendalikan
limbahnya termasuk limbah kapal motor mengangkut minyak kelapa sawit
tersebut, ujarnya.
Di Kabupaten Muratara terdapat puluhan perusahaan perkebunan besar
yang memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit dan dalam waktu dekat akan
dievaluasi penggunaan limbah di masing-masing pabriknya.
"Kami akan tindak tegas perusahaan yang tidak mengendalikan
limbahnya apa lagi kalau limbah dari pabrik langsung dibuang ke sungai
karena sungai masih dijadikan tempat mandi dan cuci masyarakat
setempat,` katanya.
Salah seorang warga Desa Pauh, Kecamatan Rawas Ilir Sumardi
mengatakan beberapa hari lalu Sungai Rawas tidak bisa digunakan untuk
mandi dan cuci karena digenangi minyak kelapa sawit diduga dari kapal
ponton pengangkut minyak kelapa sawit.
Kapal ponton itu lalu lalang mengangkut minyak kelapa sawit
perusahaan setempat, namun saat mau melewati salah satu jembatan gantung
yang posisinya sangat rendah dari permukaan air, kapal itu tak bisa
lewat karena nyangkut pada jembatan tersebut.
Kapten kapal ponton itu terpaksa mengambil inisiatif mengisi ponton
itu dengan air sungai, sehingga bisa melewatinya setelah berada di bagian
hulu dan akan memuat minyak kelapa sawit air bercampur minyak sawit itu
dibuang ke sungai.
Hal itu dilakukan setiap minggu, sehingga masyarakat dari beberapa
desa yang berada di tepian sungai tidak bisa menggunakan air sungai
tersebut.
"Kami mandi dan cuci mencari anak sungai lain yang lokasinya sangat
jauh dari desa padahal sejak nenek moyang dulu Sungai Rawas menjadi
tempat mandi dan airnya dibuat untuk masak dan minum, kata warga tersebut.
Berita Terkait
KKP tindaklanjuti kasus aspal mentah cemari perairan Nias
Senin, 27 Februari 2023 16:33 Wib
Limbah perusahaan sawit PT Mitra Ogan diduga cemari kebun warga
Rabu, 31 Agustus 2022 22:50 Wib
Mencegah limbah oli kembali cemari perairan Bintan dan Batam
Sabtu, 27 Agustus 2022 11:09 Wib
Jangan biarkan pencemaran Sungai Musi semakin parah
Sabtu, 23 Juli 2022 21:17 Wib
Aneka sampah plastik ancam cemari laut
Selasa, 31 Mei 2022 15:36 Wib
Sampah kapal pengambil telur ikan cemari kawasan konservasi Kei Kecil
Jumat, 20 Agustus 2021 15:21 Wib
Tumpahan minyak cemari perairan Untung Jawa Kepulauan Seribu
Minggu, 25 April 2021 17:46 Wib
DLH OKU tinjau lokasi tambang diduga mencemari Sungai Ogan
Kamis, 9 Juli 2020 23:31 Wib