BKKBN fokus garap daerah aliran sungai

id bkkbn, fokus garap das

BKKBN fokus garap daerah aliran sungai

Pelaksana Tugas Kepala Perwakilan BKKBN Sumsel Desliana. (Foto Antarasumsel.com/14/Dolly Rosana)

...demikian memprihatinkan karena wanita usia 19 tahun sejatinya belum memiliki alat reproduksi yang sempurna atau belum matang, sehingga rentan sekali terhadap resiko kematian saat melahirkan...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Sumatera Selatan fokus menggarap Daerah Aliran Sungai dan kawasan perbatasan yang kerap kesulitan mengakses pelayanan pemasangan alat kontrasepsi.

"Sejak tahun 2013 telah dicanangkan program pemberian pelayanan di Daerah Aliran Sungai (DAS), daerah terpencil, dan daerah perbatasan dan ini terus dilakukan hingga tahun ini," kata Pelaksana Tugas Kepala Perwakilan BKKBN Sumsel Desliana di Palembang, Rabu.

Seusai membuka acara Konsolidasi Bidang Advokasi, Pergerakan dan Informasi BKKBN se-Sumsel, Desliana mengatakan pihaknya secara intensif mengunjungi sepuluh desa di Kecamatan Rantau Bayur, Kabupaten Banyuasin.

Kondisi di desa itu demikian memprihatinkan karena rata-rata wanita usia subur memiliki anak lebih dari tiga orang.

"Malahan terdapat seorang ibu berusia 40 tahun dengan delapan orang anak," ujarnya.

Selain itu, pernikahan dini yakni wanita di bawah usia 19 tahun relatif banyak di desa tersebut, dan menjadi suatu hal yang biasa dalam kehidupan penduduk setempat.

"Keadaan ini demikian memprihatinkan karena wanita usia 19 tahun sejatinya belum memiliki alat reproduksi yang sempurna atau belum matang, sehingga rentan sekali terhadap resiko kematian saat melahirkan," katanya.

Ia mengemukakan, BKKBN menargetkan penambahan peserta baru metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) untuk menyikapi stagnannya capaian program penekanan jumlah penduduk dalam sepuluh tahun terakhir.

Penggunaan MKJP yakni berupa implant dan Intra Uterine Device (IUD) ini dipandang sangat efektif dalam menekan angka pertambahan penduduk, mengingat memiliki rentan waktu cukup lama dalam memproteksi dibandingkan dengan jenis pil atau suntik.

Pemasangan alat kontrasepsi jenis IUD dapat berfungsi hingga 10 tahun dan implant untuk masa 3 tahun, sehingga mengurangi potensi "drop out" pemakaian kontrasepsi.

"Pemakaian alat kontrasepsi jenis suntik dan pil membutuhkan kedisiplinan pemakai mengingat masa waktu hanya sekitar tiga bulan. Keadaan ini berbeda dengan MKJP karena aseptor tidak perlu repot-repot memakan obat secara reguler, sehingga peluang terjadi kehamilan bisa ditekan," ujarnya.

Pada tahun 2013, Sumsel mampu melampai target pencapaian peserta baru MKJP sebesar 117,80 persen, setelah mencatat angka 59.709 orang dari proyeksi 50.679 orang.

Sementara capaian paling memuaskan untuk metode operasi wanita (mow) dengan melampaui hingga 221,43 persen atau 2.356 orang peserta baru dari target hanya 1.064 orang, disusul alat kontrasepsi implant dengan 119,61 persen (45.295 orang peserta baru), dan IUD sebesar 107,26 persen (11.488 peserta baru).

Meski menuai hasil positif, tapi untuk metode operasi pria (vasektomi) mengalami penurunan cukup tajam karena hanya mampu merealisasikan target sebesar 54,30 persen atau sekitar 526 orang proyeksi 1.035 orang.

"BKKBN tidak akan pernah berhenti apapun hasil capaiannya karena masalah kependudukan ini tidak hanya sekadar mengurangi jumlah penduduk, tapi juga bagaimana menjadikan suatu keluarga sejahtera karena memiliki anak yang berkualitas," ujarnya.

Program Kependudukan dan Keluarga Berencana sendiri belum berjalan dengan semestinya berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, mengingat terjadi peningkatan jumlah total angka kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR).

Angka TFR tercatat 2,6 per wanita usia subur (dalam 10 wanita usia subur terdapat 26 anak yang terlahirkan) atau menyamai catatan SDKI 2007 (stagnan).