Palembang (ANTARA Sumsel) - Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional Provinsi Sumatera Selatan fokus menggarap Daerah
Aliran Sungai dan kawasan perbatasan yang kerap kesulitan mengakses
pelayanan pemasangan alat kontrasepsi.
"Sejak tahun 2013 telah dicanangkan program pemberian pelayanan di
Daerah Aliran Sungai (DAS), daerah terpencil, dan daerah perbatasan dan
ini terus dilakukan hingga tahun ini," kata Pelaksana Tugas Kepala
Perwakilan BKKBN Sumsel Desliana di Palembang, Rabu.
Seusai membuka acara Konsolidasi Bidang Advokasi, Pergerakan dan
Informasi BKKBN se-Sumsel, Desliana mengatakan pihaknya secara intensif
mengunjungi sepuluh desa di Kecamatan Rantau Bayur, Kabupaten Banyuasin.
Kondisi di desa itu demikian memprihatinkan karena rata-rata wanita usia subur memiliki anak lebih dari tiga orang.
"Malahan terdapat seorang ibu berusia 40 tahun dengan delapan orang anak," ujarnya.
Selain itu, pernikahan dini yakni wanita di bawah usia 19 tahun
relatif banyak di desa tersebut, dan menjadi suatu hal yang biasa dalam
kehidupan penduduk setempat.
"Keadaan ini demikian memprihatinkan karena wanita usia 19 tahun
sejatinya belum memiliki alat reproduksi yang sempurna atau belum
matang, sehingga rentan sekali terhadap resiko kematian saat
melahirkan," katanya.
Ia mengemukakan, BKKBN menargetkan penambahan peserta baru metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) untuk menyikapi stagnannya capaian
program penekanan jumlah penduduk dalam sepuluh tahun terakhir.
Penggunaan MKJP yakni berupa implant dan Intra Uterine Device (IUD)
ini dipandang sangat efektif dalam menekan angka pertambahan penduduk,
mengingat memiliki rentan waktu cukup lama dalam memproteksi
dibandingkan dengan jenis pil atau suntik.
Pemasangan alat kontrasepsi jenis IUD dapat berfungsi hingga 10
tahun dan implant untuk masa 3 tahun, sehingga mengurangi potensi "drop
out" pemakaian kontrasepsi.
"Pemakaian alat kontrasepsi jenis suntik dan pil membutuhkan
kedisiplinan pemakai mengingat masa waktu hanya sekitar tiga bulan.
Keadaan ini berbeda dengan MKJP karena aseptor tidak perlu repot-repot
memakan obat secara reguler, sehingga peluang terjadi kehamilan bisa
ditekan," ujarnya.
Pada tahun 2013, Sumsel mampu melampai target pencapaian peserta
baru MKJP sebesar 117,80 persen, setelah mencatat angka 59.709 orang
dari proyeksi 50.679 orang.
Sementara capaian paling memuaskan untuk metode operasi wanita
(mow) dengan melampaui hingga 221,43 persen atau 2.356 orang peserta
baru dari target hanya 1.064 orang, disusul alat kontrasepsi implant
dengan 119,61 persen (45.295 orang peserta baru), dan IUD sebesar 107,26
persen (11.488 peserta baru).
Meski menuai hasil positif, tapi untuk metode operasi pria
(vasektomi) mengalami penurunan cukup tajam karena hanya mampu
merealisasikan target sebesar 54,30 persen atau sekitar 526 orang
proyeksi 1.035 orang.
"BKKBN tidak akan pernah berhenti apapun hasil capaiannya karena
masalah kependudukan ini tidak hanya sekadar mengurangi jumlah penduduk,
tapi juga bagaimana menjadikan suatu keluarga sejahtera karena memiliki
anak yang berkualitas," ujarnya.
Program Kependudukan dan Keluarga Berencana sendiri belum berjalan
dengan semestinya berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, mengingat terjadi peningkatan jumlah total angka
kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR).
Angka TFR tercatat 2,6 per wanita usia subur (dalam 10 wanita usia
subur terdapat 26 anak yang terlahirkan) atau menyamai catatan SDKI 2007
(stagnan).
BKKBN fokus garap daerah aliran sungai
...demikian memprihatinkan karena wanita usia 19 tahun sejatinya belum memiliki alat reproduksi yang sempurna atau belum matang, sehingga rentan sekali terhadap resiko kematian saat melahirkan...