AEKI nilai pemerintah kurang peduli pengembangan kopi

id aeki, pengemabngan kopi, kopi, perhatian kurang, perhatian

AEKI nilai pemerintah kurang peduli pengembangan kopi

Seorang petani sedang memetik buah kopi. (Foto Antarasumsel.com/Awi)

...Devisa dari ekspor kopi sekitar 1 miliar dolar Amerika Serikat per tahun, dinilai masih rendah sehingga pemerintah pusat kurang memperhatikan pengembangan kopi ini secara berkelanjutan...
Bandarlampung (ANTARA Sumsel) - Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Lampung menilai pemerintah pusat kurang peduli terhadap pengembangan kopi di Tanah Air khususnya di Provinsi Lampung mengingat devisa dari komoditas tersebut masih rendah.
        
"Devisa dari ekspor kopi sekitar 1 miliar dolar Amerika Serikat per tahun, dinilai masih rendah sehingga pemerintah pusat kurang memperhatikan pengembangan kopi ini secara berkelanjutan," kata Ketua AEKI Lampung Sumita di Bandarlampung, Selasa.
       
Ia mengatakan bahwa pemerintah pusat  seharusnya menjadikan komoditas ini sebagai prioritas pengembangan sehingga produktivitas dan kelangsungan hidup petani dapat meningkat.
        
Menurutnya, pemerintah pusat juga seharusnya memberikan dukungan kepada para petani kopi baik finansial maupun dalam bentuk lainnya seperti pelatihan teknik pengolahan lahan dan pengendalian kualitas, hingga pengembangan pemasarannya secara terus menerus.
        
Terkait pelatihan terhadap petani kopi lanjutnya, BPD AEKI Lampung memiliki Pusat Penyuluhan dan Pengembangan Kopi Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (P3K AEKI) Lampung, di Pekon Hanakau Kecamatan Lampung Barat, dengan fasilitas yang cukup lengkap termasuk kebun-kebun percontohan serta bibit unggul.
       
"Pemerintah pusat dapat bekerja sama dengan AEKI Lampung untuk budidaya kopi sehingga pasokan komoditas tersebut baik dari segi kualitas maupun kuantitas dapat terjaga," katanya.
        
Terkait pihak asing seperti institusi asing dari Belanda yaitu Inisiatif Perdagangan Berkelanjutan (Initiatief Duurzame Handel/IDH) yang bertujuan memperbaiki keberlanjutan mata rantai pasokan komoditas untuk perdagangan internasional, menjajaki kemungkinan pengembangan kopi di Provinsi Lampung, AEKI juga menyambut baik.
       
Mereka menurut dia, khawatir terhadap suplai biji kopi robusta dunia yang terus menurun menyusul perubahan iklim sehingga mempengaruhi pasokan komoditas tersebut di pasar dunia.
        
"Beberapa tahun ini terjadi isu perubahan iklim sehingga beberapa institusi asing berupaya untuk menjajaki pengembangan kopi agar terus berkelanjutan," ujarnya pula.
        
Institusi asing maupun perusahaan penanaman modal asing (PMA) besar komoditas kopi menurut dia, seharusnya juga melakukan kerjasama dengan BPD AEKI Lampung yang telah memiliki  P3K di sentra perekebunan kopi, yakni Lampung Barat untuk melakukan budidaya atau pengembangan tanaman kopi.
        
Provinsi Lampung juga mempunyai tim pembina perkopian yang bertugas memberikan penyuluhan, advokasi dan bantuan kepada petani kopi agar produktivitas komoditas ini meningkat sehingga akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
        
Sebelumnya institusi asing dari Belanda yaitu Inisiatif Perdagangan Berkelanjutan (Initiatief Duurzame Handel/IDH) yang bertujuan memperbaiki keberlanjutan mata rantai pasokan komoditas untuk perdagangan internasional, menjajaki kemungkinan pengembangan kopi di Provinsi Lampung.
        
"Kami telah mengunjungi sentra perkebunan kopi di Tanggamus. Namun belum menentukan prioritas daerah mana yang akan ditetapkan untuk pengembangan kopi ini," kata Direktur Program IDH, Ted van der Put.
        
Ia mengatakan pihaknya masih menjajaki berbagai tempat di daerah Lampung untuk budidaya kopi sehingga produksi komoditas itu terus berkelanjutan.
        
Menurut dia, budidaya kopi tidak hanya terdapat di Lampung tetapi juga di daerah lain seperti Sumatera Selatan.
        
Ia menjelaskan dalam visi program pengembangan kopi berkelanjutan, IDH melibatkan semua pihak seperti konsorsium perusahaan swasta utama, perwakilan industri kopi besar, perdagangan dan mitra ekspor, organisasi masyarakat sipil, pemerintah dan organisasi lainnya.
        
Provinsi Lampung menjadi penghasil kopi robusta utama nasional dengan produksi sekitar 134.700 ton pada 2013 dengan memberikan kontribusi sebesar 26 persen produksi nasional.
        
Luas lahan perkebunan sekitar 160.565 hektare. Potensi tersebut memberi peluang bagi para petani perkebunan kopi yang saat ini berjumlah sekitar 229.379 kepala keluarga untuk hidup lebih sejahtera dari hasil produksi kopi.