Tujuh orang meninggal dalam proses Jumat Agung

id jumat agung, tewas tenggelam, tragedi jumat agung di kupang

Kupang  (ANTARA Sumsel) - Kapolres Flores Timur AKBP Dewa Putu Gede Artha mengatakan hingga pukul 16.15 WITA Jumat, sudah tujuh korban meninggal dalam musibah tenggelamnya perahu nelayan saat prosesi 'Jumat Agung' memperingati wafatnya Isa Almasih di Larantuka Sr Epifanu, CIJ, Andreas Gewawo Kleden (anak).

Nama-nama korban meninggal yang baru ditemukan adalah Ny Marlin Wangge, Antonius Duan (anak), Maria Nogo Weran, Dede Badin (anak), Lodovikus Tukan," kata Kapolres Flores Timur Dewa Putu Gede Artha, saat dihubungi lewat telepon genggamnya dari Kupang, Jumat.

Sementara itu 21 orang korban lainnya dalam musibah tenggelamnya perahu Bhakti NB 74 itu saat ini sedang dalam perawatan intensif petugas dan paramedis di rumah sakit setempat. 

"Ke-21 orang korban yang sedang dirawat intensif itu sedang dalam proses identifikasi petugas di RSUD Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur," katanya.

Ia mengatakan hasil penyisiran anggota Polrers setempat dibantu warga dan peziarah yang ada korban disekitar tempat kejadian peristiwa telah menemukan 29 orang dan pencarian masih terus dilanjutkan dan dikembangkan ke wilayah perairan sekitar TKP.  

Di TKP itu tidak ditemukan lagi korban dan mudah-mudahan hanya itu saja korban. Meski demkian masih terus dilakukan pencarian karena total penumpang sebelumnya belum diketahui dengan pasti.

"Total korban tenggelam bersama perahu itu belum dapat dipastikan, sehinggga jumlahnya pun masih simpang siur. Tetapi yang pasti pencarian masih dilakukan dan segera akan ditambah anggota dan armada laut untuk pegembangan penyisiran di laut sekitar," katanya.

Dia mengatakan perahu yang dilaporkan tenggelam di Selat Gonzalu, antara Flores Timur daratan dengan Pulau Adonara di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Jumat siang itu, memuat peziarah Katolik. Mereka semula berlayar terpisah dengan perahu dan kapal lain yang sedang melakukan prosesi Jumat Agung (Samasanta).

"Saat ini perahu tersebut telah ditarik dan korban sedang dalam perawatan di RSUD setempat," katanya.

Ia mengatakan lokasi kejadian tersebut berjarak sekitar 50 meter dari belakang rumah Kapolres di Pantai Sarotari, yang tidak jauh pula dari kapela tempat menyimpan patung Tuan Meninu.

Perayaan Jumat Agung di kota yang terletak di bawah kaki Gunung Ile Mandiri, wilayah Keuskupan Larantuka itu, berbeda dengan perayaan di tempat lain.

Perayaan di sini diawali dengan perarakan Arca Yesus (Tuan Meninu) lewat laut dari Kota Rewindo menuju Pante Kuce di depan istana Raja Larantuka. Inilah awal dari Prosesi Jumat Agung yang tersohor itu dan bertahan hingga lebih dari 500 tahun.  

"Prosesi lewat laut ini untuk memaknai Yesus sebagai inti, sedangkan Bunda Maria adalah pusat perhatian, Bunda yang bersedih, Bunda yang berduka cita (Mater Doloroso).

Prosesi laut dengan melawan arus kencang di selat sempit Gonzalo antara Pulau Adonara dan Flores Timur daratan itu, akan berakhir di Pante Kuce, depan istana Raja Larantuka untuk selanjutnya diarak guna ditakhtakan pada armida Tuan Meninu di Pohon Sirih.

Pada sore harinya, patung Bunda Maria (Tuan Ma) yang telah dinobatkan sebagai pelindung Kota Reinha Rosari - sebutan khas untuk Kota Larantuka - diarak dari kapela-Nya menuju Gereja Katedral di jantung Kota Larantuka.

Setelah Patung Tuan Ma dan Tuan Meninu tiba di Katedral, barulah dilanjutkan dengan prosesi mengelilingi Kota Larantuka dengan menyinggahi delapan armida (perhentian), yakni Armida Missericordia, Armida Tuan Meninu (armada kota), Armida St Philipus, Armida Tuan Trewa, Armida Pantekebi, Armida St Antonius, Armida Kuce dan Armida Lohayong.

Urutan armida itu menggambarkan seluruh kehidupan Yesus Kristus mulai dari ke AllahNya (Missericordia), kehidupan manusiaNya dari masa Bayi (Tuan Meninu), masa remaja (St Philipus) hingga masa penderitaanNya sambil menghirup dengan tabah dan sabar seluruh isi piala penderitaan sekaligus piala keselamatan umat manusia.

Prosesi tersebut akan berlangsung dan diperkirakan berakhir pada Jumat tengah malam atau Sabtu dini hari, karena diikuti ribuan peziarah Katolik yang datang dari berbagai daerah di NTT, nusantara dan manca negara.