Zainal terkatung-katung di laut lepas demi negara

id laut, terkatung-katung, zaenal demi negara, kpu, nkri

....Apa yang saya lakukan demi negara jika tidak ikhlas maka hidup ini tidak akan selamat....
Bertugas di sekretariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang berada di batas NKRI  haruslah banyak bersyukur dengan apa yang telah diberikan Sang Pencipta sebab jika tidak dilandasi rasa syukur maka saat menghadapi kendala di tengah lautan lepas tentulah akan menimbulkan rasa jera.

"Apa yang saya lakukan demi negara jika tidak ikhlas maka hidup ini tidak akan selamat," ujar Zainal saat menceritakan pengalamannya terombang-ambing di  Laut China Selatan ketika hendak mengantar logistik pemilu legislatif untuk kecamatan yang berada di tapal batas dalam wilayah Kabupaten Natuna.

Zainal, Kasubag Hukum KPU Kabupaten Natuna itu pada 6 April 2014 bertugas mengantarkan logistik pemilu ke wilayah kecamatan berupa pulau-pulau yang berbatasan dengan negara tetangga di hamparan Laut China Selatan yakni Kecamatan Serasan, Serasan Timur dan Kecamatan Subi.

Dalam perjalanan dengan mempergunakan kapal pompong (kapal kayu bermesin) pihaknya  membawa  40 kotak suara untuk Kecamatan Serasan, 28 kotak suara untuk Kec. Serasan Timur dan 32 kotak suara untuk Kec. Subi. Kecamatan yang jauh dari ibukota kabupaten ini terdiri atas pulau-pulau dan  berbatasan langsung dengan Malaysia dan Vietnam.

Selain kotak suara, dia juga membawa surat suara dan perlengkapan logistik pemilu lainnya untuk 25 TPS yang ada di tiga kecamatan tersebut.

                                                      Putus tali kemudi
  Malangnya, begitu meninggalkan Selat Lampa, menuju Subi sebagai pulau terluar yang jaraknya lebih dekat dari pelabuhan Selat Lampa, Natuna, pada Ahad (6/4) sore, menjelang malam ketika berada di perairan lepas Laut China Selatan, kapal yang ditumpanginya putus tali kemudi.

"Kami berangkat dari Selat Lampa sekitar pukul 06.00 WIB petang diperkirakan jam empat subuh sampai di Subi tetapi belum lama berjalan kapal kami putus tali kemudi," katanya.

Terkatung-katung ditengah lautan luas saat tengah malam, bukannya membuatnya jera atau takut untuk melaksanakan tugas serupa di lain waktu, tetapi diakui Zainal tugas yang diembannya itu merupakan amanah yang tak ternilai karena dia bertugas untuk Negara dan semua yang dirasakannya saat berada dilautan lepas dan saat kapal hilang kemudi adalah maha pengasihnya Allah SWT atas nikmat hidup yang telah dijalaninya.

"Apa yang menimpa saya dan beberapa kawan di dalam kapal saat membawa logistik pemilu itu merupakan penggalan kisah hidup saya yang tak terlupakan dan menambah pengalaman saya bahwa tugas Negara sangat berat dan saya bangga mengemban tugas untuk Negara yang saya cintai ini," ujar ayah lima anak  yang mengawali karier sebagai guru di Pulau Laut, salah satu pulau terluar di Natuna.

Pria kelahiran Dusun Pinggang Bulan di Pulau Bungguran ini mengakui laut adalah sendi kehidupannya. Itu sebabnya begitu menerima tugas untuk mengirim logistik pemilu dan kemudian usai pemilu menjemput lagi hasil pemilu di pulau-pulau yang berada jauh di perbatasan  itu dinikmatinya sebagai bagian dari hidupnya.

Diakuinya yang membuatnya bangga bukanlah penyambutan masyarakat, pemerintah kecamatan, aparat keamanan, panwaslu atau panitia pemungutan kecamatan yang menemuinya tetapi senangnya orang-orang di pulau saat perlengkapan  pesta demokrasi itu sampai di daerah mereka.

"Bukan hanya wajah kami yang sumringah, orang-orang di pulau begitu kami sampai mereka menyambut kami dengan ceria. Dalam satu babak saya sudah menyelesaikan tugas untuk Negara yang saya emban," kata Zainal yang baru delapan bulan bergabung dengan sekretariat KPU Natuna.

Zainal menempuh pendidikan Sekolah Guru di Tanjungpinang, kemudian diploma II di Pekanbaru dan mendapatkan gelar sarjana SI di PAI Natuna.