Harga sembako di Lubuklinggau naik

id sembako, bagikan sembako

Harga sembako di Lubuklinggau naik

Harga sembako jelang Ramadhan dan Idul Fitri naik (FOTO ANTARA)

Lubuklinggau, Sumsel (ANTARA Sumsel) - Harga sembilan bahan kebutuhan pokok atau sembako masyarakat di tingkat pedagang pengecer di pasar tradisional Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, sebagian besar bergerak naik, sedangkan stok cukup.

"Kenaikan harga sembako itu biasa terjadi setiap menjelang Lebaran atau hari-hari besar lainnya, namun habis Lebaran terjadi turun drastis," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Lubuklinggau Farida Aryani di Lubuklinggau, Senin.

Ia menjelaskan, kenaikan harga paling menonjol adalah daging sapi dan kerbau yang pada Senin mencapai Rp100.000 per kilogram, sedangkan sebelumnya antara Rp90.000 hingga Rp96.000.

Selain itu, katanya, harga cabai merah kriting dan cabai rawit naik dari Rp38.000 per kilogram menjadi Rp60.000, sedangkan jenis bahan makanan lainnya naik antara 10 hingga 15 persen dari sebelumnya.

Harga daging ayam potong naik dari Rp40.000 per kilogram menjadi Rp48.000, telur ayam ras naik dari Rp32.000 menjadi Rp35.000.

Harga bawang merah naik dari Rp30.000 per kilogram menjadi Rp35.000, bawang putih bertahan Rp20.000, sedangkan sayur-mayur rata-rata naik Rp500 per kg dari harga biasa.

Seorang pedagang di pasar tradisional Satelit Ujang mengatakan kenaikan harga bahan pokok itu sejak beberapa hari lalu, setelah harga BBM naik secara nasional pada bulan lalu.

"Kami menaikkan harga jual tersebut karena harga beli pada tingkat grosir juga sudah naik, sedangkan harga gula pasir, minyak goreng, dan lainnya masih bertahan," ujarnya.

Kepala Bidang Peternakan Kota Lubuklinggau Roro Rita beberapa hari lalu mengatakan kenaikan harga daging itu bukan berarti kekurangan stok ternak.

Akan tetapi, katanya, memang sudah tradisi setiap Lebaran, warga ramai-ramai "menyerbu" pasar daging.

Namun, katanya, setelah Lebaran biasanya harga kembali normal, bahkan turun karena daya beli masyarakat mulai berkurang.

Khusus untuk daging, pihaknya berupaya jangan sampai ada pedagang menjual daging busuk atau oplosan.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut, pihaknya memperketat pasokan daging dari luar di samping setiap hewan yang akan dipotong di rumah potong hewan (RPH) setempat harus betul-betul sehat.

Ia menjelaskan ternak yang akan dipotong itu diperiksa terlebih dahulu kesehatannya, supaya tidak ada daging yang memiliki penyakit cacing hati dijual di pasaran.

Namun, katanya, masyarakat juga harus berhati-hati membeli daging karena dikhawatirkan kondisi kesehatannya lepas dari pengawasan instansinya.

"Kita khawatir ada oknum tak bertanggung jawab mencampur daging dengan formalin atau menyuntikan air pada daging supaya timbangannya berat, meskipun hingga saat ini belum ditemukan," ujarnya.