Kapankah negeri ini terbebas dari teroris?

id densus 88, teroris

Kapankah negeri ini terbebas dari teroris?

Ilustrasi- Sejumlah Anggota Densus 88 berantas teroris. (FOTO ANTARA/Asep Urban)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Aksi bakutembak antara tim Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri dan komplotan teroris di Bandung, Jawa Barat, yang menjadi pemberitaan utama di berbagai stasiun televisi nasional, Rabu (8/5), menjadi tontonan menarik sekaligus menakutkan.

Tontonan yang tidak sepantasnya ada di negeri cinta damai ini, tampaknya masih akan terus mewarnai tayangan stasiun televisi nasional, karena masih banyak pelaku dan terduga teroris belum tertangkap.

Bahkan mereka sekarang terkesan bebas beraktivitas dan merencanakan aksi terornya di tengah-tengah permukiman penduduk, tanpa ada yang peduli dan berpartisipasi melakukan pemberantasan.

Pelaku atau terduga teroris perlu diwaspadai dan tidak boleh dibiarkan tumbuh subur, apalagi berada di sekitar kawasan permukiman penduduk berbaur dengan masyarakat karena bisa mengancam keselamatan jiwa semua warga.

Bukti keberadaan pelaku atau terduga teroris bisa mengancam keselamatan jiwa warga, ketika keberadaannya di Kampung Batu Rengat RT.02/RW.08, Desa Cigondewah Hilir, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, diketahui aparat keamanan dan dilakukan penyergapan terjadi perlawanan sengit.

Perlawanan pelaku dan terduga teroris dengan menembaki petugas keamanan yang akan melakukan penangkapan terhadap mereka, bukannya tidak mungkin masyarakat yang berada di dekat tempat tinggal yang bersangkutan akan terancam peluru nyasar atau ledakan bom.

Untuk memberantas terorisme di negeri ini, selain perlu gencar dilakukan penangkapan, masyarakat juga perlu meningkatkan kepedulian terhadap lingkungannya agar tidak dijadikan tempat tinggal komplotan teroris.  

Salah seorang warga yang juga pengacara senior di Palembang Hibzon Firdaus mengatakan, untuk mencegah tumbuh suburnya teroris di negeri yang cinta damai dan sedang mengalami kemajuan pesat di bidang ekonomi itu, perlu partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat serta keseriusan aparat kepolisian.

"Peran serta seluruh lapisan masyarakat termasuk tokoh agama sangat dibutuhkan untuk memberantas teroris yang setiap saat siap melancarkan aksi terornya di sejumlah daerah di Indonesia," ujarnya.

Sikap kurang peduli atau yang dikenal dengan istilah anak muda "cuek" harus dibuang jauh-jauh dan mulai ditumbuhkan rasa kepedulain yang tinggi terhadap keamanan lingkungan.

"Di Bumi Sriwijaya ini beberapa tahun lalu pernah terdapat kawanan teroris yang mencoba membuat markas untuk melancarkan aksi terornya di sejumlah daerah, namun untungnya gerakan mereka cepat diketahui polisi dan semua tersangkanya berhasil ditangkap," ujarnya.  

Sejak persitiwa itu muncul, warga Kota Pempek ini mulai waspada melakukan pengawasan ketat bersama ketua rukun tetangga (RT) mewajibkan setiap orang yang tidak dikenal masuk atau menetap di kawasan permukiman melapor atau memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud tujuannya.

Upaya tersebut cukup efektif, terbukti sementara ini wilayah ibu kota Provinsi Sumatera Selatan itu realtif aman dari aksi terorisme dan belum ditemukan lagi adanya pelaku atau terduga teroris yang bersembunyi atau merencanakan aksi teror.

"Teroris sangat berbahaya karena dalam melancarkan aksinya tidak hanya mengancam jiwa target atau sasarannya tetapi juga mengancam orang-orang yang tidak berdosa, untuk itu perlu diberantas secara bersama," ujarnya.  

Melalui tindakan tegas dan peningkatkan partisipasi  masyarakat diharapkan ke depan pelaku dan terduga teroris benar-benar tidak memiliki kesempatan menyusun startegi dan melancarkan aksi terornya, kata Hibzon.  

Dukungan Tokoh Agama
Sejumlah tokoh agama di Kota Palembang, Sumsel, mendukung tindakan tegas tim Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri terhadap terduga teroris di Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagai upaya pemberantasan aksi terorisme di Tanah Air.

"Tindakan tegas dan penangkapan terhadap sejumlah terduga teroris di Jawa Barat dan Jawa Tengah, Rabu (8/5) patut diacungi jempol dan perlu dilanjutkan oleh pihak Polri sehingga bisa mencegah aksi terorisme atau paling tidak menekan tumbuh suburnya teroris di negara cinta damai ini," kata salah seorang tokoh agama, ustadz Haji Irwansyah.  

Menurut dia, gerakan sekelompok orang terduga teroris tampaknya tidak pernah berhenti walaupun sudah cukup banyak yang ditangkap bahkan ada yang ditembak dan meninggal dunia karena mencoba melawan aparat keamanan saat akan dilakukan penangkapan.

Melalui operasi yang gencar dilakukan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88, diharapkan orang-orang yang mempersiapkan diri atau dipersiapkan menjadi teroris, bisa berpikir kembali sebelum melangkah terlalu jauh atau terjerumus dalam komplotan yang dinilai memiliki pandangan sesat itu, katanya.

Dijelaskannya, aksi teroris harus dihentikan karena merupakan tindakan di luar syariat Islam.

"Secara syariat Islam perbuatan yang bisa membuat keresahan dan mengancam keselamatan jiwa manusia merupakan perbuatan dosa, di luar nilai-nilai Alquran, dan melanggar hukum negara," ujarnya.

Apapun alasannya, pergerakan atau tindakan teroris tidak bisa ditolerir dan perlu dihentikan oleh semua pihak karena efek aksi teror bukan hanya orang yang menjadi targetnya saja tetapi orang-orang yang tidak berdosa atau tidak bersalah bisa terkena imbasnya.

Untuk mencegah maraknya aksi teror, diimbau kepada umat muslim dan masyarakat secara umum agar bersama-sama "memerangi" teroris serta memperketat pengamanan lingkungan tempat tinggal agar tidak dijadikan sarang pelaku kejahatan itu, kata ustadz Irwansyah yang juga aktivis Hizbut Tahrir itu.

Sementara tokoh agama lainnya ustadz Haji Abdul Fazar, mengatakan, pergerakan teroris yang akhir-akhir ini marak kembali perlu dihentikan oleh semua pihak dan ditindak tegas pelakunya jika terbukti bersalah.

Orang-orang yang mempersiapkan diri atau dipersiapkan menjadi teroris, diimbau untuk berpikir kembali sebelum melangkah terlalu jauh dan bagi yang beragama muslim harus lebih memahami ajaran Islam.

"Pahami kembali ilmu syariat, gunakan cara yang lembut untuk menyelesaikan suatu persoalan karena berjuang dengan kasih sayang dalam suasana damai sekarang ini akan lebih gampang meraih kemenangan tanpa menimbulkan korban jiwa apalagi sampai melukai orang-orang yang tidak berdosa," ujarnya.

Dalam kondisi negara Indonesia yang sedang giat-giatnya membangun dan dalam suasana damai sekarang ini, sangat tidak pas jika melakukan perjuangan dengan cara kekerasan apalagi menimbulkan keresahaaan atau ketidaknyamanan dalam pergaulan kehidupan bermasyarakat dan beragama, kata ustadz itu menegaskan.

Sebelumnya Gubernur Sumsel H Alex Noerdin mengimbau seluruh lapisan masyarakat di daerahnya, untuk mewaspadai teroris yang akhir-akhir ini mulai marak kembali di sejumlah provinsi di Tanah Air.

Teroris biasanya berbaur dengan masyarakat, karena itu semua pihak perlu meningkatkan kewaspadaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar permukiman, tempat bekerja dan usaha serta tempat lainnya.

"Biasanya masyarakat kurang memperhatikan siapa saja yang tinggal di sekitar rumahnya dan apa saja pekerjaannya," ujarnya.

Kurangnya kepedulian masyarakat seperti itu, bisa dimanfaatkan teroris untuk menjadikan kawasan permukiman penduduk sebagai tempat melakukan persiapan dan melancarkan sejumlah aksi terornya baik di daerah setempat maupun daerah lain sekitarnya.

Kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan, karena kawasan permukiman warga dapat dijadikan tempat berkumpul para teroris, dan masyarakat juga bisa menjadi korban aksi kejahatan tersebut.

Guna mempersempit ruang gerak dan mencegah teroris masuk ke wilayah Sumsel yang saat ini kondisi Keamanan dan ketertiban masyarakatnya cukup kondusif, diperlukan peran serta seluruh lapisan masyarakat dengan meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan.

Tanpa tindakan tegas dari aparat keamanan dan kepedulian masyarakat terhadap keamanan lingkungannya, pelaku atau terduga teroris sulit diberantas dari negeri cinta damai ini, ujar gubernur Sumsel.