Palembang (ANTARA Sumsel) - Anak penderita "down syndrome" dengan ciri-ciri bentuk kepala relatif kecil, mulut kecil, lidah keluar, dan mata yang cenderung sipit hanya memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, namun jika mendapatkan arahan yang benar mereka bisa hidup mandiri.
Kepala Sekolah Luar Biasa Karya Ibu Palembang Suharmidi, Kamis, menjelaskan, kondisi anak tuna grahita terutama yang menderita "down syndrome" membutuhkan bimbingan ekstra dari keluarga dan lembaga berbasis pendidikan.
Orang tua pun saat menemukan kondisi semacam ini di rumah menurut dia, jangan menyembunyikan anak tersebut.
"Bersikap acuh hanya akan merugikan anak itu sendiri," ujar pria yang sudah hampir 30 tahun mengajar di lembaga pendidikan luar biasa itu.
Kasus yang sering dijumpainya, orang tua yang memiliki anak dalam kondisi seperti itu seringkali tidak mengarahkannya sehingga terkadang terkucilkan dalam pergaulan.
Ia menerangkan, di Sekolah Luar Biasa (SLB) umumnya mereka diarahkan pada pendidikan yang berbasis keterampilan seperti menjahit, salon, memasak, perawatan motor (cuci dan ganti busi), serta kegiatan lain yang berbasis pada keseharian dan bina diri yang diatur dalam kurikulum yang ada.
Dengan berbekal keterampilan tersebut anak down syndrome terarah dengan
pasti untuk hidup mandiri dan berkembang di tengah masyarakat.
Diharapkan orang tua juga mampu memahami gejala awal dan mengkonsultasikan kondisi anak pada psikolog atau psikiatri.
Anak penderita "down syndrome" bisa hidup mandiri
....Bersikap acuh hanya akan merugikan anak itu sendiri,...