Waspadai investasi asing di sektor pangan

id perkebunan, sawit, pangan, investasi asing

Waspadai investasi asing di sektor pangan

Ilustrasi - Perkebunan kelapa sawit (FOTO ANTARA)

Jakarta  (ANTARA Sumsel) - LSM Indonesia for Global Justice (IGJ) mengingatkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan DPR tentang ancaman dominasi modal asing pada sektor pangan dan perkebunan di Indonesia.

"Meski investasi asing kurun tiga tahun terakhir meningkat hingga lebih dari 100 persen, volume impor produk pangan Indonesia justru melonjak naik hingga 97,2 persen menjadi 15 juta ton lebih pada 2011," kata Kepala Bidang Kampanye dan Hubungan Internasional IGJ, Rika Febriani dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Menurut Rika Febriani, sejumlah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang benih dan pakan telah mengontrol penjualan benih dan pakan kepada petani kecil.

Hal tersebut, lanjutnya, berdampak kepada kehilangan kedaulatan petani dalam membudidayakan benihnya.

Direktur Eksekutif IGJ M Riza Damanik mengatakan, kondisi demikian sama dengan kebutuhan lahan untuk industri pertanian dan perkebunan telah mengesampingkan prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan dan sosial.

"Secara sederhana korporatisasi pangan telah menyebabkan kompetisi antara petani industri dan kecil, antara petani dan sektor lain yang juga membutuhkan lahan semisal komoditas sawit," katanya.

Dalam hal ekspor sawit yang terus digenjot, ujar dia, terus memicu perluasan perkebunan sawit di satu sisi, sementara di sisi lain mengecilkan produktivitas dan lahan sektor pangan.

Akibatnya, tekanan-tekanan terhadap pembukaan lahan-lahan baru baik untuk pertanian maupun perkebunan sulit dihindari sehingga berdampak pada alih fungsi lahan.

Untuk itu, ia berpendapat agar kini saatnya pendekatan perlindungan sumber daya alam dan pangan Indonesia dilakukan secara komprehensif.

"Sekitar 70 persen produksi sawit kita untuk ekspor, bukan untuk kebutuhan domestik. Tapi, dampak untuk menghasilkan 70 persen itu menyisakan konflik agraria dan alih fungsi lahan yang kian tidak terkendali," kata Riza Damanik.