247 anak ikut mengungsi di SPN Kemiling

id anak, bentrokan, pengungsi

247 anak ikut mengungsi di SPN Kemiling

Ilustrasi (FOTO ANTARA)

Jakarta (ANTARA Sumsel) - Sebanyak 247 anak ikut mengungsi di Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling, Polda Lampung, karena adanya konflik sosial akibat bentrokan antarwarga di Desa Balinuraga, Kecamatan Waypanji, Lampung Selatan.

"Ada 1.108 pengungsi dan masih terus berdatangan, mereka ditempatkan di SPN Kemiling, Polda Lampung dan 247 orang terdiri dari anak-anak," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Jakarta, Selasa.

Mereka yang mengungsi adalah warga yang diduga kuat kondisi rumahnya yang rusak, ada tujuh unit rumah mengalami kerusakan, 11 unit motor rusak, satu gedung SDN, satu unit minibus, dan dua unit mobil jeep, katanya.

"Kita sangat menyesalkan karena berawal dari peristiwa kecelakaan lalu lintas (laka lantas) dan adanya diberikan bantuan kepada dua remaja putri yang mengalami laka lantas oleh warga. Kemudian malah berkembang ada isu pelecehan seksual, ini menjadi bahan provokasi oleh pihak-pihak tertentu," kata Boy.

Saat ini, Polri dibantu oleh TNI  sebanyak 700 anggota yang terus melakukan penjagaan. Terutama di tempat rawan terjadinya konflik di Waypanji, Lampung Selatan. Brimob yang didatangkan dari Polda Banten, Polda Jawa Tengah (Jateng), Polda Sumatera Selatan (Sumsel) danMako Brimob Kelapa Dua, Depok dengan jumlah kekuatan gabungan 2.150 personel, katanya.

"Upaya mempertemukan tokoh masyarakat diantara kedua belah pihak masih terus berlangsung. Kita berharap dua kelompok masyarakat ini dapat duduk bersama, untuk mencegah hal-hal yang dapat merugikan masyarakat," kata Boy.

Sementara itu Kapolres Lampung Selatan AKBP Tatar Nugroho memastikan, jumlah korban tewas akibat bentrokan antarwarga di Desa Balinuraga, Kecamatan Waypanji, Lampung Selatan sebanyak 14 orang.

Menurut Kapolres Lampung Selatan (Lamsel), saat berada di Waypanji, Selasa, korban tewas tersebut empat orang di antaranya warga Kecamatan Kalianda akibat bentrokan hari pertama, Minggu (28/10), sedangkan dalam bentrokan pada hari kedua, Senin (29/10), korban tewas sebanyak 10 orang, warga dari Desa Balinuraga.

Tatar merincikan, nama-nama para korban bentrokan dari Kecamatan Kalianda yang tewas, yakni Yahya bin Abdulah (45), warga Kelurahan Wayurang, Marhadan (35), warga Gunungterang, dan Alwin (35), warga Tajimalela.

"Satu lagi, Solihin (35), warga Kalianda yang tewas saat mendapatkan perawatan medis di RSU  Abdul Moeloek Bandarlampung," katanya.

Namun, korban bentrokan hari kedua sebanyak 10 orang dari pihak warga Desa Balinuraga, menurut dia, masih dalam proses identifikasi di rumah sakit karena sebagian tubuh korban tidak utuh lagi akibat bentrokan antarwarga itu.

(S035/R021)