Perfilman di Indonesia perlu perbaikan tata edar

id film, indonesia, tata edar

Perfilman di Indonesia perlu perbaikan tata edar

Gubernur Sumatera Selatan H Alex Noerdin memainkan peran sebagai gubernur pada syuting film pendidikan berjudul The Best Teacher, di SMP Negeri 1 Talang Semut Palembang, Kamis (15/3) (FOTO antarasumsel.com/Feny/12)

...Ketidakseimbangan peredaran film di Indonesia tersebut menyebabkan turunnya jumlah produksi film dari para pelaku film nasional...
Jakarta (ANTARA Sumsel) - Sektor perfilman di Indonesia masih memerlukan perbaikan tata edar yang seimbang antara peredaran film asing dan film nasional, kata Ketua Bidang Organisasi Persatuan Produser Film Indonesia (PPFI) Naldy Nazar Haroen di Jakarta, Kamis.

"Animo film nasional di Indonesia menurun, dan yang pertama harus diperbaiki adalah tata edar yang tidak berimbang," kata Naldy.

Dia mengatakan ketidakseimbangan peredaran film di Indonesia tersebut menyebabkan turunnya jumlah produksi film dari para pelaku film nasional.

Menurut Naldy, peredaran film asing dan film nasional harus berimbang supaya perfilman Indonesia semakin meningkat.

"Kalau dibandingkan dengan film Hollywood, jelas film produksi kita masih kalah jauh. Tapi itu bukan berarti kemampuan sumber daya manusia perfilman kita buruk. Peredaran film di Indonesia minimal 60:40, 60 persen film nasional dan sisanya untuk film impor," katanya.

Naldy juga mengatakan bahwa peredaran film Indonesia di negara asing memerlukan perhatian lebih dari pemerintah. Selama ini, menurutnya, jumlah film Indonesia yang berhasil masuk ke pasar Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam masih sangat minim.

"Dukungan dari pemerintah sangat diperlukan, terutama dengan mengatur peredaran film, untuk mewujudkan bentuk dukungan nyata bagi perfilman Indonesia," katanya.

Sementara itu, pelaku film asal Malaysia Afendi Haji Hamda mengatakan bahwa jumlah film Indonesia yang tayang di Malaysia makin jauh berkurang sejak 1980-an.

"Film Indonesia yang masuk ke Indonesia semakin sedikit, padahal dulu film Akhir Sebuah Impian sangat populer di negeri kami," kata Hamda.

Dia juga mengakui bahwa kebijakan Pemerintah Malaysia dalam melakukan sensor film sangatlah ketat dan melekat erat dengan nilai tradisi dan budaya Negeri Jiran itu.

Adegan berciuman, orang Islam bertato dan yang menimbulkan amarah akan disensor oleh lembaga terkait, katanya. Namun film mengenai imajinasi, seperti The Avengers dan Men in Black, akan dengan mudah lolos masuk ke bioskop di Malaysia, ujarnya. (ANT-F013/A023)